Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Artis Semestinya Lewat Kaderisasi

Kompas.com - 29/04/2013, 02:49 WIB

Jakarta, Kompas - Pengajuan calon anggota legislatif dari kalangan pesohor alias artis semestinya melalui proses kaderisasi secara matang oleh partai politik. Dengan begitu, ketika terpilih menjadi anggota legislatif, mereka memahami persoalan bangsa, mampu memenuhi tugas-tugas wakil rakyat, dan bekerja sesuai ideologi partai.

Demikian harapan yang disampaikan Wakil Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Hasto Kristiyanto, Wakil Sekjen Partai Golkar Nurul Arifin, dan pengamat komunikasi politik, Effendi Gazali, secara terpisah di Jakarta, Jumat (26/4).

Dalam daftar calon anggota legislatif sementara untuk DPR yang diserahkan parpol kepada Komisi Pemilihan Umum terdapat sejumlah nama pesohor, seperti penyanyi, pemain sinetron, bintang film, atau model iklan. Sebagian dari mereka baru terjun pertama kali ke dunia politik praktis pada Pemilu 2014.

Hasto mengatakan, setiap caleg harus memahami tugas dan fungsi DPR. Untuk itu, perekrutan caleg tidak dapat memakai jalan pintas karena artis memiliki popularitas tinggi sehingga diperkirakan lebih berpotensi terpilih. ”Kami merekrut artis karena memenuhi kriteria ideologi, kompetensi, dan ada rekomendasi dari hasil psikotes. Mereka harus berpengalaman kerja di partai,” katanya.

Untuk Pemilu 2014, PDI-P memiliki caleg berlatar belakang artis, seperti Yessy Gusman, Edo Kondologit, dan Sonny Tulung. ”Edo memiliki komitmen kebangsaan yang kuat. Sonny Tulung dan Yessy Gusman sudah cukup lama bergabung dan terlibat kegiatan partai,” ujarnya.

Bagi Effendi Gazali, semua warga negara berhak maju sebagai caleg. Namun, partai seharusnya merekrut caleg lewat proses kaderisasi, persiapan untuk menjalankan tugas-tugas wakil rakyat, dan memahami sistem demokrasi. Jangan sampai pengajuan caleg dari artis justru memotong proses kaderisasi.

”Di negara maju, seperti Amerika, untuk jadi pejabat publik, artis harus belajar kerja di partai dan melewati masa penyesuaian beberapa tahun,” katanya.

Nurul Arifin mengatakan, apabila parpol sibuk sendiri dengan strategi kampanye, caleg harus mencari ilmu sendiri. ”Seorang politisi enggak bisa learning by doing (belajar sambil bekerja). Dia harus tahu agenda politik apa yang dibawa,” ungkapnya.

Menurut Sekjen Partai Persatuan Pembangunan M Romahurmuziy, caleg dari kalangan pesohor lewat partainya diuji pengetahuan dasar kenegaraan serta ditanya niat dan kemampuannya. Mereka dipilih karena elektabilitas yang sudah dimodali popularitas dan diimbangi kecakapan serta pengetahuan.

Di tengah polemik caleg artis pada Pemilu 2014, ada sejumlah artis anggota legislatif tahun 2009-2014 yang dianggap berkualitas. Mereka hadir dalam sidang-sidang, punya gagasan bernas tentang isu-isu strategis, dan aktif membahas beberapa undang-undang penting. Beberapa di antaranya Nurul Arifin dan Tantowi Yahya (Partai Golkar) serta Dedi ”Miing” Gumelar dan Rieke Diah Pitaloka (PDI-P).

Mereka umumnya masuk dunia politik lewat proses panjang. Tantowi, contohnya, masuk Partai Golkar sejak 2007 dan baru menjadi caleg tahun 2009. Sebelum itu, dia aktif sebagai Ketua Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Amerika (2004-2008) dan pernah mengikuti pelatihan di Kementerian Luar Negeri.(IAM/INA/NWO/LOK/DIK/EKI)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com