Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Kerry, Minggu (21/4), di Istanbul Turki, menuturkan, negara-negara sekutu kubu oposisi Suriah, yang disebut Sahabat Suriah, setuju untuk melanjutkan bantuan mereka. AS langsung menggandakan bantuan kepada kubu oposisi Suriah, yang tengah berperang melawan rezim Presiden Bashar al-Assad.
Bantuan tidak mematikan AS akan dinaikkan dua kali lipat dari yang pernah diberikan. Menurut Kerry, AS semula ingin mengirim senjata bagi kubu oposisi, tetapi tidak jadi karena kubu oposisi ternyata telah berupaya sendiri. Dia mengingatkan, para pendukung atau sekutu asing kubu oposisi Suriah sudah bertekad untuk terus mendukung.
Kerry mengingatkan, jika Pemerintah Suriah gagal menciptakan perdamaian, AS akan mengumumkan apa bentuk bantuan lanjutannya kepada kubu oposisi. Dia tidak bersedia merinci apa bentuk dukungan itu, apakah berupa bantuan peralatan perang atau intervensi militer.
Berbicara setelah pertemuan Sahabat Suriah yang terdiri dari 11 negara, Kerry mengatakan bahwa AS menyediakan dana tambahan 123 juta dollar AS kepada kubu oposisi Suriah. Dengan demikian, nilai total bantuan tidak mematikan tersebut menjadi 250 juta dollar AS.
Kerry juga mendesak pendukung asing lainnya, yang telah menyatakan kesediaannya membantu kubu oposisi Suriah, melakukan langkah yang sama. Tujuannya adalah target keseluruhan bantuan asing sebesar 1 miliar dollar AS bagi kubu oposisi bisa terwujud dengan cepat.
Sebelumnya pejabat AS menjelaskan, bantuan tidak mematikan terbaru dari AS mungkin termasuk tameng atau pelindung tubuh dan kacamata pengintai di waktu malam. Jauh sebelumnya pejabat AS juga mengatakan, dukungan peralatan militer kepada kubu oposisi telah diberikan, termasuk kendaraan lapis baja dan alat komunikasi canggih.
Kerry juga menambahkan, AS akan bekerja sama dengan kubu oposisi Suriah guna menentukan bagaimana uang dapat digunakan. Menurut dia, Washington segera menyediakan hampir 25 juta dollar AS bantuan pangan susulan. Para Sahabat Suriah ”berkomitmen bahwa bantuan dan pertolongan dari setiap negara akan disalurkan melalui komando tertinggi militer oposisi”.