Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Martabat Manusia dan Negara

Kompas.com - 28/03/2013, 02:14 WIB

Oleh Makmur Keliat

Peristiwa memilukan di Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, Yogyakarta, Sabtu (23/3) dini hari, dapat saja dipahami sebagai tragedi salah urus penjara. Peristiwa itu juga tentu saja dapat dimengerti sebagai kegagalan dalam proses teknis hukum, prosedur pengawalan baku, ataupun otoritas yang tidak efektif untuk menjalankan fungsi pengawalan di LP tersebut.

Tragedi itu bahkan dapat dianalisis sebagai wujud dari ”aksi balas dendam” yang sengaja dilakukan terhadap empat korban yang tewas. Atau sebaliknya, sebagai tragedi ”memancing di air keruh” yang dilakukan oleh para spoiler untuk menyudutkan pihak tertentu dalam suatu dirty power game yang dirancang secara sempurna.

Tragedi martabat manusia

Namun, terlepas dari analisis dan sudut pandang yang berbeda itu, hasil akhir dari seluruh analisis itu adalah tidak berbeda satu dengan lainnya. Ia menghasilkan satu alur cerita akhir yang sama, yaitu kisah tentang tragedi martabat manusia (human dignity) yang dipertunjukkan melalui suatu pamer kekerasan brutal.

Peristiwa di LP Cebongan hanya satu episode dari sejumlah episode yang telah ada sebelumnya, baik yang dipertontonkan secara tidak langsung (tertutup) maupun langsung (terbuka) yang menghasilkan rasa sakit, ketidakberdayaan, dan tak jarang disertai dengan percikan darah yang membawa korban jiwa. Peristiwa di LP Cebongan disebut sebagai suatu tragedi martabat manusia karena pamer kekerasan brutal itu pada dasarnya menafikan gagasan bahwa kehidupan adalah suatu anugerah yang harus dirawat, dilindungi, dan dihargai.

Dengan pamer kekerasan seperti di LP Cebongan itu, konsep kehidupan sebagai anugerah telah digerus, dirusak, bahkan dapat dimusnahkan seketika bukan oleh sang Ilahi sebagai pemberinya. Kehidupan yang seharusnya dilihat sebagai tanggung jawab yang menyenangkan telah berubah menjadi tindakan kebuasan, baik karena motif politik, ekonomi, maupun personal. Bukankah tidak ada hasil apa pun dari tindakan pamer kekerasan yang brutal selain pengkhianatan terhadap martabat manusia itu sendiri?

Pengingkaran terhadap martabat manusia ini mungkin telah terbentang panjang dalam suatu jalan yang senyap. Kisah-kisah serupa bisa ditemukan dalam bisik-bisik lisan yang melintasi bentangan geografis Nusantara: mulai dari wilayah ujung Aceh hingga ujung Papua.

Rasa tidak berdaya sebagai hasil tindakan itu mungkin telah tersimpan dalam sinar mata jutaan anak negeri yang tampak suram karena pendidikan dan pekerjaan yang tidak layak sehingga sebagian besar di antara mereka hampir tidak peduli dengan rentetan pamer kekerasan yang telah terjadi. Rasa sakit sebagai akibat dari tindak kekerasan mungkin juga dapat ditemukan dalam batin, tersimpan seperti api dalam sekam, yang sewaktu-waktu dapat muncul secara tiba-tiba dalam kemarahan sporadis.

Tragedi martabat negara

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com