Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Terbukti Berlebihan soal Kudeta

Kompas.com - 25/03/2013, 22:14 WIB
Nina Susilo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Isu kudeta yang disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terbukti tak terjadi. Hal ini semakin menunjukkan bahwa Presiden terlalu berlebihan menanggapi wacana ketimbang fokus bekerja dan menyelesaikan masalah bangsa.

Hal ini diungkapkan Airlangga Pribadi, pengajar Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya, Senin (25/3/2013) di Jakarta. "Respons Presiden yang seakan 'curhat' kepada masyarakat terbukti berlebihan."

Isu itu, kata Airlangga, tidak muncul dari kekuatan-kekuatan aktor politik utama di Indonesia. Semestinya, Presiden cukup mendengarkan pandangan tokoh-tokoh yang dianggap aktor oposisi strategis. Sebab, kenyataannya isu kudeta ini muncul akibat Presiden kurang responsif menghadapi aspirasi-aspirasi akar rumput.

Secara terpisah, Arie Sudjito, pengajar FISIP Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, akhir pekan lalu di Yogyakarta, menilai sikap berlebihan ini kontraproduktif. "Curhat" mengenai isu kudeta hanya menunjukkan bahwa Presiden resah.

Padahal, Airlangga dan Arie sepakat bahwa rakyat memerlukan pemimpin kuat, bukan pemimpin cengeng. Rakyat bukan tempat "curhat" dan sudah menghadapi banyak masalah, seperti melambungnya harga daging, bawang, dan cabai.

Kalaupun ada gejala kudeta, kata Arie, semestinya ada analisis tajam dan tidak perlu diumbar ke publik. Sebelum ini, menjelang Pemilu Presiden 2009, SBY pernah melontarkan isu teror bom. Padahal, hal itu tak terbukti dan hanya hipotesis.

Hal ini, kata Arie, menimbulkan ketidakpastian baru dan tidak efektif untuk melahirkan simpati. Sebab, rakyat memahami Presiden mempunyai otoritas dan bisa bertindak sesuai konstitusi. Memainkan posisi sebagai pihak teraniaya, lanjut Airlangga, mungkin strategi yang pas pada Pemilu 2004.

Namun, untuk Pemilu 2014, hal ini malah akan melunturkan dukungan atas kekuatan politiknya seperti Partai Demokrat. Bahkan, isu kudeta mengesankan penguasa panik.

Semestinya SBY membangun warisan baik di akhir pemerintahannya. Karenanya, Presiden selayaknya fokus pada pengelolaan negara yang lebih baik. Waktu Presiden tidak perlu tersita pada hal-hal yang tidak perlu, seperti intervensi Partai Demokrat dan kini isu kudeta. Lebih baik Presiden membenahi ketimpangan masyarakat yang masih tinggi meskipun pertumbuhan ekonomi terkesan baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

    Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

    Nasional
    Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

    Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

    Nasional
    PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

    PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

    Nasional
    Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

    Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

    Nasional
    Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

    Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

    Nasional
    Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

    Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

    Nasional
    KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

    KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

    Nasional
    Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

    Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

    Nasional
    Satkar Ulama Dukung Airlangga Jadi Ketum Golkar Lagi, Doakan Menang Aklamasi

    Satkar Ulama Dukung Airlangga Jadi Ketum Golkar Lagi, Doakan Menang Aklamasi

    Nasional
    Gibran Temui Prabowo di Kertanegara Jelang Penetapan Presiden-Wapres Terpilih

    Gibran Temui Prabowo di Kertanegara Jelang Penetapan Presiden-Wapres Terpilih

    Nasional
    KPU Batasi 600 Pemilih Tiap TPS untuk Pilkada 2024

    KPU Batasi 600 Pemilih Tiap TPS untuk Pilkada 2024

    Nasional
    Dianggap Sudah Bukan Kader PDI-P, Jokowi Disebut Dekat dengan Golkar

    Dianggap Sudah Bukan Kader PDI-P, Jokowi Disebut Dekat dengan Golkar

    Nasional
    PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

    PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

    Nasional
    Menko Polhukam: 5.000 Rekening Diblokir Terkait Judi Online, Perputaran Uang Capai Rp 327 Triliun

    Menko Polhukam: 5.000 Rekening Diblokir Terkait Judi Online, Perputaran Uang Capai Rp 327 Triliun

    Nasional
    Golkar Sebut Pembicaraan Komposisi Menteri Akan Kian Intensif Pasca-putusan MK

    Golkar Sebut Pembicaraan Komposisi Menteri Akan Kian Intensif Pasca-putusan MK

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com