Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Kongres Demokrat 2010

Kompas.com - 21/03/2013, 12:20 WIB
Marcellus Hernowo

Penulis

KOMPAS.com - Pujian setinggi tempat bintang melayang diterima Partai Demokrat setelah kongres pada Mei 2010 di Bandung, Jawa Barat. Selain berlangsung demokratis, kongres itu juga memunculkan sosok yang saat itu dinilai sebagai calon pemimpin masa depan dan terpilih sebagai ketua umum, Anas Urbaningrum.

Apa yang dilakukan Demokrat dalam kongresnya tahun 2010 menjawab dua kerinduan besar masyarakat terhadap dunia politik Indonesia saat ini. Pertama, kerinduan terhadap partai yang terbuka dan demokratis. Kedua, kerinduan terhadap sosok baru (calon) pemimpin nasional.

Namun, tak lebih dari satu tahun dalam pujian, wajah lain kongres 2010 mulai terlihat. Demokrasi yang dipertontonkan dalam kongres ditengarai juga diiringi praktik politik uang. Anas yang diharapkan memberikan udara baru politik nasional kini menjadi tersangka korupsi. Pengurus Demokrat lain lebih dahulu terbukti korupsi, yaitu M Nazaruddin, Angelina Sondakh, dan Hartati Murdaya.

Berbagai pujian yang muncul setelah kongres 2010 surut, dan yang kemudian muncul adalah berbagai masalah terkait korupsi. Kesibukan baru muncul, ”mengurus” kader yang diproses hukum. Elektabilitas partai pemenang Pemilu 2009 ini terus turun. Faksi-faksi yang terbentuk dalam kongres 2010 dan masih bertahan sampai sekarang memperuncing keadaan.

Berhentinya Anas sebagai ketua umum setelah ditetapkan sebagai tersangka menambah masalah. Di partai yang didirikan dan dibina Susilo Bambang Yudhoyono sejak 2001 ini, tidak mudah ternyata mencari kader yang memiliki kapasitas menjadi ketua umum untuk menggantikan Anas.

Menjadi Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (1997-1999) menjadi salah satu prestasi berorganisasi Anas yang tidak bisa diremehkan. Selain HMI merupakan organisasi yang besar, saat itu Indonesia juga sedang berada dalam masa transisi dari Orde Baru ke era Reformasi.

Sulitnya mencari Ketua Umum Demokrat pada saat ini, menurut Yunarto Wijaya dari Charta Politika, juga disebabkan banyaknya syarat untuk menduduki posisi itu. Bahkan, tuntutan ketua umum mendatang jauh lebih banyak dibandingkan dengan tuntutan yang harus dijawab Anas saat menjadi ketua umum.

”Ketua Umum Partai Demokrat mendatang tidak hanya terkait dengan kerja operasional partai, tetapi juga berhubungan dengan kebutuhan pengamanan partai dan Yudhoyono setelah tidak berkuasa di tahun 2014. Ketua umum mendatang juga harus diterima oleh semua kader,” papar Yunarto

Saking banyaknya syarat yang harus dipenuhi, bahkan kehadiran Ani Yudhoyono pun ”ditolak” saat dimunculkan sebagai calon ketua umum. Ketika Ketua DPP Partai Demokrat Gede Pasek Suardika mengusulkan Yudhoyono menjadi ketua umum, Wakil Ketua Umum Max Sopacua menuding usulan itu sebagai upaya mengail di air keruh.

Bagian dari faksi

Sulitnya mencari ketua umum ini, menurut M Qodari dari Indo Barometer, juga karena Yudhoyono sudah tidak lagi menjadi kekuatan tunggal di partainya. Yudhoyono bahkan telah berubah menjadi bagian dari faksi di Demokrat. ”Kondisi ini sebenarnya telah terjadi sejak 2010. Jika Yudhoyono menjadi pemegang kendali tunggal Demokrat, tentu Anas tidak akan menjadi ketua umum partai itu karena saat itu Yudhoyono menghendaki nama lain,” kata Qodari.

Di tengah kebingungan memilih ketua umum dan pengalaman ”buruk” dalam kongres 2010, muncul pertanyaan, demokrasi seperti apa yang akan diterapkan Demokrat dalam kongres luar biasa, 30 Maret mendatang? Apakah Demokrat masih dapat memberikan harapan baru bagi Indonesia, seperti yang dulu diberikan partai itu seusai kongres 2010?

Semua orang yakin, demokrasi memang bukan sistem yang sempurna. Namun, belum ditemukan sistem yang lebih baik dari demokrasi. Semoga Demokrat tetap percaya dengan keyakinan ini. Suara keputusasaan pasti bukan jawaban. Ani Yudhoyono dan Yudhoyono sendiri pasti juga tidak nyaman. (M Hernowo)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

    Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

    Nasional
    Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

    Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

    Nasional
    Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

    Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

    Nasional
    JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin 'Merampok'

    JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin "Merampok"

    Nasional
    Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

    Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

    Nasional
    Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

    Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

    Nasional
    Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

    Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

    Nasional
    Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

    Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

    Nasional
    BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

    BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

    Nasional
    Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

    Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

    Nasional
    Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

    Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

    Nasional
    Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

    Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

    Nasional
    Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

    Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

    Nasional
    Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

    Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

    Nasional
    Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

    Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com