Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Reproduksi Korupsi

Kompas.com - 09/03/2013, 02:00 WIB

J Danang Widoyoko

Anas Urbaningrum, Ketua Partai Demokrat, akhirnya ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Berita ini sesungguhnya telah ditunggu-tunggu cukup lama karena informasi tentang indikasi keterlibatan Anas dalam kasus Hambalang berulang kali diungkapkan Nazarudin dan sejumlah saksi lain.

Meski keterlibatan Anas masih harus dibuktikan oleh KPK, berita ini menambah panjang deretan politikus muda yang tersangkut kasus korupsi. Fenomena ini sungguh memprihatinkan karena banyak kalangan berharap besar kepada politikus muda untuk melakukan perubahan politik yang lebih responsif, akuntabel, dan bersih dari korupsi. Alih-alih berubah, justru para politisi muda terlibat dalam kasus korupsi, bahkan dalam skala lebih besar. Bukan hanya di ranah politik, korupsi juga dilakukan di lembaga pendidikan.

Saat ini Rektor Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah, telah dinyata- kan sebagai tersangka dan ditahan karena kasus korupsi dana tanggung jawab sosial perusahaan. Bantuan untuk petani dan orang miskin justru mengalir ke kantong para pejabat universitas itu. Sungguh memprihatinkan karena semestinya kita berharap kampus menjadi oase tempat kejujuran dan integritas dijunjung tinggi, bukannya justru ikut-ikutan melakukan korupsi.

Penyebab korupsi

Melihat kasus-kasus korupsi di atas, kita perlu melihat korupsi secara lebih jernih. Selama ini korupsi dianggap sebagai masalah moral dan religius. Pelakunya dianggap kurang memegang teguh ajaran agama dan moralitas. Maka, kemudian, solusi pemberantasan korupsi adalah meningkatkan kualitas pendidikan keagamaan. Bahkan, di beberapa instansi pemerintah, untuk memberantas korupsi diselenggarakan pelatihan kecerdasan spiritual.

Namun, lihatlah, banyak pela- ku korupsi justru orang yang taat beribadah. Kasus korupsi impor daging sapi justru melibatkan ketua partai yang selama ini mengampanyekan antikorupsi dan dikenal sangat agamis. Bahkan, pengadaan Al Quran di Kementerian Agama turut dikorupsi.

Banyak pihak yang memandang korupsi karena kecilnya gaji pejabat dan pegawai pemerintah. Mereka melakukan korupsi karena didorong oleh kebutuhan ekonomis. Namun, dari kasus-kasus korupsi yang melibatkan politisi, tampak hidup mereka jauh dari sederhana. Bahkan, Nazaruddin bisa melarikan diri ke luar negeri sebelum akhirnya ditangkap KPK di Kolombia.

Juga bisa dilihat di televisi bagaimana para politisi korup memiliki rumah besar berharga mahal plus mobil mewah. Dari gaya hidup mereka, jelas korupsi dilakukan bukan semata-mata karena gajinya tidak cukup.

Dari kasus-kasus korupsi yang belakangan ini terungkap, saya justru melihat yang terjadi adalah reproduksi korupsi di dalam masyarakat kita di berbagai bidang. Praktik korupsi dilakukan oleh para politisi muda dan elite partai, baik partai yang sekuler maupun partai yang agamis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com