Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Tahun Lagi Pengguna Narkoba 5 Juta Orang

Kompas.com - 05/03/2013, 18:05 WIB
Syahnan Rangkuti

Penulis

PEKANBARU, KOMPAS.com - Kecenderungan pemakaian narkotika dan obat-obatan berbahaya (narkoba) di Indonesia, menunjukkan kecenderungan meningkat setiap tahun. Apabila tidak diantisipasi dan diwaspadai, dua tahun mendatang pengguna barang haram itu, bakal menembus angka lima juta orang.

"Kalau kita tidak waspada, angka lima juta itu tidak mustahil. Keterlibatan asing dalam sindikat narkoba, semakin kuat dengan melakukan segala macam cara. Dahulu orang hanya mengenal narkoba murni, seperti ganja, morfin atau heroin. Sekarang banyak sekali pengembangan produk-produk narkotika, ada sabu, ekstasi dan saat ini muncul lagi katinon," ujar Kepala Deputi Pemberdayaan Masyarakat Badan Narkotika Nasional, Vincentius Sambudiyono, di Pekanbaru, Selasa (5/3/2013).

Menurut Sambudiyono, saat ini pengguna narkoba di Tanah Air sudah mencapai 3,6 juta sampai 4,3 juta orang. Pemakai berada pada rentang usia sangat besar dari 10 tahun sampai dengan 60 tahun, dengan strata beragam, dari miskin sampai orang kaya. Hampir semua profesi dapat dimasuki dari mulai pegawai, dokter, pilot penegak hukum sampai hakim.

Narkoba dinilai lebih jahat dari terorisme. Terorisme biasanya berlangsung singkat dan cepat diketahui, sebaliknya narkoba berkelanjutan dan jarang diketahui.

"Peredaran narkoba akan semakin sulit dicegah, karena sindikat narkoba memiliki uang tanpa batas dan lintas negara," tambah Sambudiyono.

Untuk menangkal perkembangan peredaran narkoba, menurut Sambudiyono, tidak ada cara yang lebih ampuh daripada keterlibatan masyarakat. Seluruh komponen masyarakat, pemerintah dan dunia diharapkan dapat bahu membahu melakukan sinergi. Bahkan diperlukan sebuah aksi bersama untuk berperang melawan narkoba.

"Semuanya dimulai dari rumah tangga. Kita akan melakukan penyuluhan ke keluarga-keluarga. Mudah-mudahan, dari keluarga akan berkembang ke RT, RW, sampai seluruh masyarakat mengetahui bahaya narkoba," tutur Sambudiyono.

"Pernah satu kali, ada seorang ibu menangis karena anaknya mati akibat narkoba, padahal setiap hari sang ibu menemukan bong saat membersihkan kamar anaknya. Si ibu tidak tahu bahwa bong itu alat yang dipakai anaknya untuk mengonsumsi narkoba," tambahnya.

Hukuman pengedar narkoba sebenarnya sudah cukup tinggi, dengan ancaman tertinggi hukuman mati. Saat ini, sedikitnya ada 70 orang yang sudah divonis mati, namun belum menjalani eksekusi.

Menurut Sambudiyono, diperlukan keseriusan dari kejaksaan sebagai instansi yang dapat mengeksekusi putusan pengadilan agar lebih menimbulkan efek jera kepada para pengedar.

Untuk pemakai narkoba, BNN baru dapat menyediakan rumah rehabilitasi yang memiliki kapasitas sangat minim. Rumah rehabilitasi di Lido, Jawa Barat, misalnya hanya mampu menampung 500 orang. Ada juga rumah rehabilitasi di Sulawesi Selatan yang hanya dapat menampung 100 orang. Padahal, jumlah penderita narkoba mencapai angka empat jutaan orang.

"Kami berharap peran dunia usaha dan swasta dapat membuat rumah-rumah rehabilitasi untuk para pengguna," kata Sambudiyono.

Pada kesempatan sama, Kepala BNN Riau, Bambang Setiawan, mengungkapkan, Riau telah menjadi salah satu daerah transit utama narkoba di Tanah Air. Posisi Riau yang dekat dengan negara tetangga, terutama Malaysia, kerap dijadikan pintu masuk peredaran narkoba dari luar negeri. Beberapa kejadian penyelundupan narkoba telah dipergoki, namun tidak membuat peredaran menjadi lebih sepi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Nasional
TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

Nasional
Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Nasional
Pakar Hukum Duga Ada 'Orang Kuat' Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Pakar Hukum Duga Ada "Orang Kuat" Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Nasional
Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia 'The New Soekarno'

Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia "The New Soekarno"

Nasional
TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

Nasional
Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Nasional
Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Nasional
Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Nasional
Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Nasional
Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com