Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anas Versus Demokrat

Kompas.com - 04/03/2013, 02:19 WIB

Di atas kertas, mundurnya Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum Partai Demokrat setelah ditetapkan menjadi tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi merupakan angin kemenangan bagi Partai Demokrat. Namun, sesuai prediksi banyak pihak, Anas pasti tidak tinggal diam.

Respons warga pengguna internet (netizen) terhadap perlawanan Anas di media sosial ternyata beragam. Puncak amplifikasi berita Anas di berbagai kanal media sosial terjadi saat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengumumkan namanya sebagai tersangka kasus dugaan korupsi proyek Hambalang pada 22 Februari 2013. Paling tidak, pada hari itu, mesin analisis media sosial milik Topsy merekam 151.248 percakapan terkait Anas.

Sementara mesin analisis milik PoliticaWave mencatat dominasi Demokrat dalam percakapan di berbagai kanal media sosial sebagai dampak polemik antara Anas dan Demokrat. Namun, Direktur PoliticaWave Yose Rizal memberi peringatan penting terkait dominasi itu.

Perlawanan Anas ternyata membuahkan hasil dengan memberikan sentimen negatif pada kredibilitas Demokrat dan sekaligus serangan terhadap keluarga Susilo Bambang Yudhoyono. Jika tujuan Anas adalah untuk menurunkan citra Demokrat, tujuan itu berhasil.

”Jumlah pembicaraan mengenai Demokrat mencapai 48,5 persen dari total pembicaraan tentang partai politik. Sayangnya, mayoritas pembicaraan netizen memiliki nuansa negatif sehingga menyebabkan sentimen Demokrat di mata netizen sangat negatif dengan poin minus 22,42,” kata Yose.

Salah satu keahlian mesin analisis PoliticaWave adalah mampu memetakan sentimen dari seluruh pembicaraan di berbagai kanal media sosial, seperti Twitter, Facebook, Youtube, blog, forum, dan media online. Mesin analisis telah disesuaikan dengan format bahasa Indonesia sehingga semua bahasa dan kode ekspresi netizen bisa dipetakan.

Serangan balik Anas dengan menyatakan ada keterlibatan Sekretaris Jenderal Partai Demokrat yang juga anak SBY, yaitu Edhie Baskoro (Ibas), dalam kasus Hambalang, tampak efektif memukul balik. Anas juga berencana membeberkan kecurangan Demokrat saat Pemilu 2009 serta keterkaitan Partai Demokrat dalam kasus Century.

”Berdasarkan pemantauan PoliticaWave, banyak netizen yang mendukung upaya Anas. Salah satu bentuk dukungan terlihat dari banyaknya netizen yang memublikasikan tautan- tautan berita, seperti sindiran Anas yang mengatakan Presiden tidak boleh mengeluh,” kata Yose. Bentuk dukungan lain adalah dengan menyatakan upaya Anas mengungkap ”kebobrokan” adalah hal yang benar dan patut didukung.

Mundurnya Anas sebagai ketua umum dianggap akan menurunkan elektabilitas Partai Demokrat. Anas adalah figur yang menurut pendukungnya cocok dicalonkan sebagai presiden. Beberapa netizen juga terkesima dengan pidato pengunduran diri Anas dan wawancara dirinya di stasiun televisi swasta.

Meski tampak berhasil di media sosial, Anas tetap memanen sentimen negatif. ”Sebagian besar netizen mempertanyakan sumpah Anas yang belum juga dilaksanakan, yaitu siap digantung di Monas jika terlibat kasus korupsi,” kata Yose.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com