Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marzuki Alie Bantah Punya Kaitan dengan GTIS

Kompas.com - 28/02/2013, 22:29 WIB
Aditya Revianur

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie membantah dirinya mendapatkan pundi-pundi dari pihak Gold Trade Indonesia Syariah (GTIS) yang melarikan investasi emas nasabahnya. Nama Marzuki Alie tercantum sebagai penasihat di situs GTIS.

"Kalau disebut penasihat dan ada dalam situs, artinya mereka telah memanipulasi fakta," tepis Marzuki di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (28/2/2013). Dia menjelaskan, awal keterkaitannya dengan GTIS dimulai dari pertemuannya dengan tamu yang diajak KH Azidin.

Pada pertemuan itu, KH Azidin membawa panji-panji Majelis Ulama Indonesia (MUI) sehingga Marzuki menerimanya. Dalam pertemuan itu disebutkan, GTIS bergerak dalam bidang ekonomi syariah dan akan membantu MUI. "GTIS akan berbisnis syariah dan akan membantu MUI dan dakwah di Indonesia," ujar dia.

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu menambahkan, pertemuannya dengan GTIS kemudian berlangsung untuk kedua kalinya. Pada pertemuan kedua, Michael Ong, pria kewarganegaraan Malaysia yang memiliki GTIS meminta Marzuki menuntunnya memeluk agama Islam. "Saya sahadatkan (Ong) di masjid DPR. Hanya di situ, selebihnya tidak tahu sama sekali. Perlu dicatat, tidak ada dana yang pernah saya terima terkait itu semua," tegas Marzuki.

Sebelumnya diberitakan, pemilik GTIS Taufiq Michael Ong dikabarkan kabur dari Indonesia. Pria berkewarganegaraan Malaysia itu disebutkan telah meninggalkan Indonesia plus meninggalkan para nasabah investasi emasnya di GTIS.

Informasi tentang kepergian Michael Ong ke luar negeri ini beredar luas di internet, salah satunya di forum Kaskus. Nasabah GTIS pun menjadi resah dan berupaya memastikan keberadaan Michael Ong. "Bahkan, saya dapat informasi, rekening dia di BCA sudah kosong semua," kata salah satu nasabah yang enggan menyebut nama, Selasa (26/2/2013).

Situs perusahaan GTIS yang beralamat di http://www.goldentradersinternational.com kini sama sekali tak bisa diakses. Kepergian Michael Ong tentu mengundang tanda tanya besar dan meresahkan, terutama bagi nasabah yang telah menanamkan uangnya di GTIS.

Belum ada informasi tentang jumlah dana masyarakat yang sudah dikumpulkan GTIS. Namun, boleh jadi, angkanya akan jauh lebih besar ketimbang dana nasabah yang tersimpan di Raihan Jewellery yang kini juga tak jelas rimbanya.

GTIS merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang menawarkan skema investasi berbalut emas batangan sejak 2009. Jaringan kantor cabangnya pun menyebar, antara lain ada di Jakarta, Medan, Surabaya, dan Bangka-Belitung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Sengketa Pileg yang Dikabulkan MK Naik 3 Kali Lipat, KPU Sebut Ada Konteks yang Beda

    Sengketa Pileg yang Dikabulkan MK Naik 3 Kali Lipat, KPU Sebut Ada Konteks yang Beda

    Nasional
    Masalah Lahan Jadi Kendala Pembangunan IKN, Mendagri Janji Bantu Basuki Hadimuljono

    Masalah Lahan Jadi Kendala Pembangunan IKN, Mendagri Janji Bantu Basuki Hadimuljono

    Nasional
    Jokowi Kunjungi Posyandu di Bogor, Tinjau Upaya Cegah Stunting

    Jokowi Kunjungi Posyandu di Bogor, Tinjau Upaya Cegah Stunting

    Nasional
    Ponsel Hasto PDI-P Disita KPK, Terkait Harun Masiku?

    Ponsel Hasto PDI-P Disita KPK, Terkait Harun Masiku?

    Nasional
    Kemenlu Akan Lindungi WNI yang Ditangkap karena Haji Ilegal

    Kemenlu Akan Lindungi WNI yang Ditangkap karena Haji Ilegal

    Nasional
    Gugatan Kandas di MK, PPP Cari Cara Lain untuk Masuk Parlemen

    Gugatan Kandas di MK, PPP Cari Cara Lain untuk Masuk Parlemen

    Nasional
    Komnas Perempuan Sebut UU KIA Berisiko Sulit Diterapkan

    Komnas Perempuan Sebut UU KIA Berisiko Sulit Diterapkan

    Nasional
    Sama-sama Pernah Menang di Jatim, PDI-P Beri Sinyal Koalisi dengan PKB pada Pilkada 2024

    Sama-sama Pernah Menang di Jatim, PDI-P Beri Sinyal Koalisi dengan PKB pada Pilkada 2024

    Nasional
    Pemerintah Tak Ikut Campur soal PKPU Syarat Usia Calon Kepala Daerah

    Pemerintah Tak Ikut Campur soal PKPU Syarat Usia Calon Kepala Daerah

    Nasional
    Judi Online Makan Korban Lagi, Menkominfo Mengaku Tak Bisa Kerja Sendiri

    Judi Online Makan Korban Lagi, Menkominfo Mengaku Tak Bisa Kerja Sendiri

    Nasional
    Upacara 17 Agustus Tahun Ini: Jokowi Didampingi Prabowo di IKN, Ma'ruf -Gibran di Jakarta

    Upacara 17 Agustus Tahun Ini: Jokowi Didampingi Prabowo di IKN, Ma'ruf -Gibran di Jakarta

    Nasional
    Diplomasi Prabowo untuk Gaza: Siap Kerahkan Pasukan Perdamaian, tapi Harus Tunggu Gencatan Senjata

    Diplomasi Prabowo untuk Gaza: Siap Kerahkan Pasukan Perdamaian, tapi Harus Tunggu Gencatan Senjata

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Pemerintah Sebut 'Judol' Sudah Sangat Parah | KPK Sita Ponsel Hasto

    [POPULER NASIONAL] Pemerintah Sebut "Judol" Sudah Sangat Parah | KPK Sita Ponsel Hasto

    Nasional
    Akhir 31 Tahun PPP di Senayan: Konflik Internal, Salah Dukung, dan Evaluasi Sistem Pemilu

    Akhir 31 Tahun PPP di Senayan: Konflik Internal, Salah Dukung, dan Evaluasi Sistem Pemilu

    Nasional
    MK Kabulkan 44 Sengketa Pileg 2024, Naik 3 Kali Lipat Dibanding 2019

    MK Kabulkan 44 Sengketa Pileg 2024, Naik 3 Kali Lipat Dibanding 2019

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com