KOMPAS.com - ”Hari ini saya menyatakan bahwa ini baru halaman pertama. Masih banyak halaman berikut,” kata Anas Urbaningrum ketika melepaskan jabatan Ketua Umum Partai Demokrat di Jakarta, Sabtu (23/2/2013), setelah ia dinyatakan sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi proyek Hambalang sehari sebelumnya.
Sambil menunggu halaman-halaman baru itu, mari membaca cuplikan-cuplikan dari beberapa halaman buku lama Anas yang diterbitkan tahun 2009 berjudul Bukan Sekadar Presiden-Daya Gugah SBY sebagai Seorang Pemimpin.
Riwayat singkat Anas dalam buku ini antara lain dituliskan, lahir di Blitar, 15 Juli 1969, Ketua Umum PB HMI 1997-1999, anggota KPU 2001-2005, Ketua DPP Partai Demokrat 2005- sekarang (2009), dan meraih penghargaan Bintang Jasa Utama dari Presiden tahun 1999.
Kita buka halaman 241 di bawah subjudul SBY sebagai Ikon Partai Demokrat. ”Saya ingin menegaskan bahwa sebagai partai yang berasaskan Pancasila, Partai Demokrat bukanlah partai primordial.... Pengusungan nama SBY tidak serta-merta menjadikan partai ini sebagai partai yang menganut kepemimpinan dengan pola ketaatan pejah-gesang (mati-hidup).... Posisi SBY sebagai Ketua Dewan Pembina tidak memiliki kekuasaan absolut.... Ketika SBY berhasil memegang tampuk kepemimpinan bangsa ini, SBY tidak lagi milik keluarga Partai Demokrat, namun SBY adalah milik rakyat Indonesia,” tulis Anas saat itu.
Di bawah subjudul Adil Itu Mudah bagi Orang yang Amanah, Anas membuka tulisan, ”Oktober 2008 adalah bulan yang tersulit bagi SBY dan seluruh keluarga besarnya.”
Ia menuliskan tentang penahanan mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia Aulia Pohan yang juga besan SBY oleh Komisi Pemberantasan Korupsi atas tuduhan penyelewengan dana BI.
”Seorang anggota keluarga dekat Presiden harus masuk tahanan. Inilah harga yang harus dibayar bagi sebuah amanah rakyat,” ujarnya.
”.... Hingga tinta emas sejarah bangsa ini mencatat bahwa SBY adalah orang yang teguh dalam pendirian. Ia membuka mata semua rakyat bahwa pemberantasan korupsi yang dikampanyekan bukan omong kosong, bukan tebang pilih,” tulis Anas.
Ketua Umum Partai Demokrat 2005-2010 Hadi Utomo mengatakan, buku ini sangat berguna bagi siapa saja yang ingin mengenal dan mendalami figur SBY....”
Komentar yang sama disampaikan dalam buku itu oleh Akbar Tandjung, Zulkifli Hasan (Sekjen PAN), Muhaimin Iskandar, dan Lukman Hakim Saifuddin (sekarang Wakil Ketua MPR).
Apa yang tertulis tetap tertulis. Coba kita baca buku itu lagi.