JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi XI dari Fraksi Partai Demokrat, Supomo memenuhi panggilan Badan Kehormatan Dewan Perwakilan Rakyat pada Selasa (19/2/2013) siang ini. Supomo diperiksa BK terkait laporan dugaan permainan anggaran dana bencana di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Supomo hadir pukul 13.15 dan langsung masuk ke dalam ruang tunggu BK. Di dalam ruang tunggu itu, Supomo hanya seorang diri dan terus menghisap rokoknya sambil bermain ponsel.
Saat ditanya wartawan soal kasus yang menyangkut namanya itu, Supomo enggan berkomentar. "Nanti saja ya," ujarnya singkat.
Tak lama kemudian, anggota-anggota BK masuk ke dalam ruang sidang. Tampak Ketua BK M Prakosa dan Wakil Ketua Siswono Yudhohusodo. Setelah itu, Supomo pun masuk ke dalam untuk memberikan keterangan secara tertutup di dalam sidang BK.
Seperti diberitakan, seorang pejabat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, melaporkan Supomo bersama dua staf ahlinya yaitu Haris Hartoyo dan Dikdik ke BK DPR beberapa waktu lalu. Sukarya mengaku sempat bertemu dengan Supomo bersama staf ahlinya yang menawarkan bantuan kepengurusan dana bencana.
Pertemuan itu kemudian berlanjut dengan adanya aliran dana senilai Rp 1,2 miliar kepada tenaga ahli Supomo, Haris Hartoyo. BK, kata Prakosa, akan menyelidiki hubungan antara Sukarya dengan Supomo.
"Apakah ada janji dari yang bersangkutan kepada anggota dewan untuk urus masalah ini? Lalu yang akan ditanyakan juga adalah apakah ada dana dari tenaga ahli itu disampaikan ke anggota dewan yang bersangkutan," ucap Prakosa.
Hingga kini, BK sudah memeriksa Sukarya dan Haris dalam kaitannya dengan kasus dana bencana ini. Sukarya pun sudah sempat dilaporkan oleh aparat kepolisian oleh para kontraktor yang sempat menitipkan dananya agar dana bencana itu cair.
Sementara Haris dalam pemeriksaan beberapa waktu lalu mengaku menerima uang tersebut. Tetapi, kata Prakosa, Haris mengaku berinisiatif sendiri meminta uang pelicin itu.
"Ia mengatakan itu inisiatif sendiri dan tidak ada kaitannya dengan bosnya. Tapi ini masih kami dalami," kata Prakosa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.