Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fasilitas Minim Pemicu Kematian Bayi Dera

Kompas.com - 19/02/2013, 02:52 WIB

Jakarta, Kompas - Minimnya fasilitas kesehatan di Ibu Kota menyebabkan bayi Dera Nur Anggraini gagal mendapatkan pelayanan Neonatal Intensive Care Unit. Dia tidak dapat bertahan hidup setelah lahir prematur dengan berat 1 kilogram dan panjang 36 sentimeter.

Kasus ini menjadi gambaran program pelayanan kesehatan untuk orang miskin belum dilengkapi sistem pendukung yang memadai. ”Tadi malam langsung saya cek kenapa (Dera) tidak bisa diterima. Selain kondisi bayi ada problem, NICU (Neonatal Intensive Care Unit) penuh, kamar juga penuh. Ini kondisi riil yang perlu saya sampaikan,” kata Gubernur DKI Joko Widodo, Senin (18/2), di Balaikota.

Menurut Jokowi, penuhnya ruang perawatan di rumah sakit karena sistem Kartu Jakarta Sehat (KJS) berjalan. Sayangnya, sistem pendukungnya belum sepenuhnya siap.

”Artinya, sistem pendukung yang harus mengejar. Apa KJS mau tidak dijalankan? Itu, kan, artinya 70 persen pasien, berapa ratus ribu orang itu, harus menanggung sakit di rumah. Tentu tidak bisa seperti itu,” ujar Jokowi.

Untuk mendukung berjalannya KJS, Jokowi telah menyiapkan biaya hingga Rp 1,2 triliun dari APBD tahun 2013. Jokowi telah memerintahkan dinas kesehatan membenahi minimnya fasilitas kesehatan di RS. Jokowi meminta waktu satu bulan untuk membangun sistem jaringan informasi secara online atau dalam jaringan antar-rumah sakit.

Tidak menolak

Kemarin diadakan pertemuan antara pihak Kementerian Kesehatan yang diwakili Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Dr drg Nurshanty S Andi Sapada dengan Direktur Medik dari RSUP Cipto Mangunkusumo, RS Fatmawati, dan RSAB Harapan Kita, di Kantor Kemenkes, Jakarta.

Kesimpulan sementara, dalam kasus meninggalnya salah seorang bayi kembar Dera, RSUP Cipto Mangunkusumo, RS Fatmawati, dan RSAB Harapan Kita tidak pernah menolak pasien bayi bernama Dera. Pihak RS membenarkan telah memberi keterangan kepada pihak keluarga pasien yang datang menanyakan ruang NICU bahwa ruang tersebut penuh.

Tidak diterimanya rujukan pasien disebabkan keterbatasan alat, dalam hal ini fasilitas ruang NICU, bukan karena pasien membawa KJS. Ketiga RS itu tak menolak pasien dan tidak pula meminta uang muka kepada keluarga pasien.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan Murti Utami mengatakan, berdasarkan keterangan dari pihak RSAB Harapan Kita, Selasa (12/2), keluarga pasien dengan membawa pengantar dari RS Zahira oleh perawat diinformasikan ruang NICU RSAB Harapan Kita berjumlah 10 tempat tidur dalam kondisi penuh. Lalu dirujuk ke RSUP Cipto Mangunkusumo, Sabtu (16/2), pukul 14.20, tetapi juga penuh. Demikian pula dengan kondisi ruang NICU di RS Fatmawati, penuh dan masih terdapat antrean pasien.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com