Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akbar: Soal Capres, Mahfud Kalah sama Rhoma Irama

Kompas.com - 29/01/2013, 06:34 WIB
Aditya Revianur

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung menyesalkan penyataan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD yang mengaku tidak percaya diri dan tak pantas menjadi calon presiden.

Menurut dia, Mahfud tidak memiliki salah satu aspek dalam diri seorang capres, yaitu keberanian. Bahkan, menurut politisi gaek itu, Mahfud kalah jika dibandingkan dengan Rhoma Irama. "Pak Mahfud MD kok masih sampai malu-malu soal capres, wong dia itu kan profesor, Ketua MK. Kurang apalagi? Masak kalah berani sama Rhoma Irama?" kata Akbar di Hotel Gran Melia, Jakarta, Senin (28/1/2013).

Rhoma sendiri telah mendeklarasikan dirinya menjadi capres dalam Pilpres 2014 meskipun sampai kini belum ada parpol yang secara terang-terangan mengusung pencipta 685 lagu tersebut.

Menurut Akbar, seorang yang berani mengajukan diri sebagai capres seperti Rhoma harus dihargai. Sebab, hal itu membuktikan Rhoma memiliki idealisme dan obsesi.

Hal itu didukung pula oleh iklim demokrasi sebagai buah orde reformasi yang mengedepankan keterbukaan. Semua orang, lanjutnya, dalam iklim demokrasi memiliki hak yang sama untuk mengajukan diri menjadi capres.

"Sekarang ini bukan lagi seperti zaman Soekarno-Hatta, yang untuk nyapres saja harus diusung-usung dulu," pungkasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Mahfud MD mengaku tidak pantas maju sebagai presiden dalam waktu dekat ini, Pilpres 2014. "Saya tak pede alias percaya diri menjadi calon presiden di pemilu tahun 2014 nanti. Saya juga merasa tak pantas untuk maju," kata Mahfud di Hotel Gran Melia, Jakarta, Senin (28/1/2013).

Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD dianggap sebagai seseorang yang layak maju sebagai calon presiden alternatif. Namun, Mahfud sendiri merasa kursi jabatan presiden masih sangat jauh dari rengkuhannya. Mahfud merinci, ada tiga alasan yang mengakibatkan perasaan tidak percaya diri menghantui dirinya.

Pertama, menurut Mahfud, seorang presiden adalah pemimpin negara sekaligus pemimpin bangsa. Hal itu, lanjutnya, tecermin pada sisi dua Bapak Bangsa, yakni Soekarno dan Muhammad Hatta. "Bung Karno dan Bung Hatta melewati banyak perjuangan, sementara saya masih saja enak-enakan seperti ini," terangnya.

Kedua, lanjut Mahfud, sebutan capres alternatif yang disematkan kepadanya terlalu muluk. Sebab, kriteria sebagai capres alternatif belum tepat disandangnya. Ia merasa masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki jika ingin mencalonkan diri.

Terakhir, kata Mahfud, adalah hal yang tidak penting jika dirinya menjadi capres. Pasalnya masih banyak tokoh lain yang dirasanya mumpuni untuk maju sebagai calon presiden. "Menurut saya, daripada itu semua, yang penting adalah marilah kita bersama mencari presiden yang baik," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Prabowo Disebut Sudah Minta AHY Berikan Nama Kader Demokrat untuk Masuk Kabinet Mendatang

    Prabowo Disebut Sudah Minta AHY Berikan Nama Kader Demokrat untuk Masuk Kabinet Mendatang

    Nasional
    Pangkoarmada I Akan Buat Kajian agar Kapal Patroli yang Dibeli dari Italia Ditempatkan di Wilayahnya

    Pangkoarmada I Akan Buat Kajian agar Kapal Patroli yang Dibeli dari Italia Ditempatkan di Wilayahnya

    Nasional
    Pakar: 'Amicus Curiae' untuk Sengketa Pilpres Fenomena Baru

    Pakar: "Amicus Curiae" untuk Sengketa Pilpres Fenomena Baru

    Nasional
    Densus 88 Polri Kembali Tangkap 1 Teroris Jaringan JI di Sulteng, Totalnya Jadi 8

    Densus 88 Polri Kembali Tangkap 1 Teroris Jaringan JI di Sulteng, Totalnya Jadi 8

    Nasional
    Yusril Tertawa Ceritakan Saksi Ganjar-Mahfud Bawa Beras 5 Kg untuk Buktikan Politisasi Bansos

    Yusril Tertawa Ceritakan Saksi Ganjar-Mahfud Bawa Beras 5 Kg untuk Buktikan Politisasi Bansos

    Nasional
    Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Karangan Bunga Bernada Sindiran Muncul di MK

    Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Karangan Bunga Bernada Sindiran Muncul di MK

    Nasional
    Yusril Akui Sebut Putusan 90 Problematik dan Cacat Hukum, tapi Pencalonan Gibran Tetap Sah

    Yusril Akui Sebut Putusan 90 Problematik dan Cacat Hukum, tapi Pencalonan Gibran Tetap Sah

    Nasional
    Bukan Peserta Pilpres, Megawati Dinilai Berhak Kirim 'Amicus Curiae' ke MK

    Bukan Peserta Pilpres, Megawati Dinilai Berhak Kirim "Amicus Curiae" ke MK

    Nasional
    Perwakilan Ulama Madura dan Jatim Kirim 'Amicus Curiae' ke MK

    Perwakilan Ulama Madura dan Jatim Kirim "Amicus Curiae" ke MK

    Nasional
    PPP Tak Lolos ke DPR karena Salah Arah Saat Dukung Ganjar?

    PPP Tak Lolos ke DPR karena Salah Arah Saat Dukung Ganjar?

    Nasional
    Kubu Prabowo Sebut 'Amicus Curiae' Megawati soal Kecurangan TSM Pilpres Sudah Terbantahkan

    Kubu Prabowo Sebut "Amicus Curiae" Megawati soal Kecurangan TSM Pilpres Sudah Terbantahkan

    Nasional
    BMKG Minta Otoritas Penerbangan Waspada Dampak Erupsi Gunung Ruang

    BMKG Minta Otoritas Penerbangan Waspada Dampak Erupsi Gunung Ruang

    Nasional
    Demokrat Tak Resisten jika Prabowo Ajak Parpol di Luar Koalisi Gabung Pemerintahan ke Depan

    Demokrat Tak Resisten jika Prabowo Ajak Parpol di Luar Koalisi Gabung Pemerintahan ke Depan

    Nasional
    Kubu Prabowo-Gibran Yakin Gugatan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud Ditolak MK

    Kubu Prabowo-Gibran Yakin Gugatan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud Ditolak MK

    Nasional
    Aktivis Barikade 98 Ajukan 'Amicus Curiae', Minta MK Putuskan Pemilu Ulang

    Aktivis Barikade 98 Ajukan "Amicus Curiae", Minta MK Putuskan Pemilu Ulang

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com