Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pusat Gender Unsoed Tolak Daming Sebagai Hakim Agung

Kompas.com - 17/01/2013, 19:59 WIB
Gregorius Magnus Finesso

Penulis

PURWOKERTO, KOMPAS.com - Pusat Penelitian Gender Anak dan Pelayanan Masyarakat (PPGAPM) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Jawa Tengah, tidak merekomendasikan Muhammad Daming Sunusi sebagai Hakim Agung.

Ungkapan Daming saat menjalani uji kepatutan dan kelayakan di depan Komisi III DPR tidak sensitif terhadap kejahatan seksual terhadap anak Indonesia yang kian meningkat selama tiga tahun terakhir.

Ketua PPGAPM Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Unsoed Purwokerto, Tyas Retno Wulan, Kamis (17/1/2013) mengatakan, kejahatan seksual terhadap anak Indonesia terus meningkat.

Pada 2010, tercatat 1.178 kasus, tahun 2011 naik menjadi 1.304 kasus, dan tahun lalu meningkat lagi menjadi 1.634 kasus.

Pernyataan sikap tersebut didukung pula sejumlah lembaga lain. Di antaranya, Pusat Pelayanan Terpadu-Penanganan Kekerasan Berbasis Gender dan Anak (PPT-PKBGA) Kabupaten Banyumas, Pusat Studi Gender Sekolah Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto, Pusat Studi Wanita Universitas Wijayakusuma Purwokerto. Pusat Studi Gender Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Paguyuban Buruh Migran Seruni Banyumas, Pondok Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unsoed Purwokerto, Pusat Pelayanan Terpadu-Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Banyumas, dan Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Unsoed.

"PPAGPM LPPM Unsoed bersama sejumlah lembaga lainnya menyatakan sikap menolak Muhammad Daming Sunusi sebagai Hakim Agung dan mendesak Pemerintah Republik Indonesia untuk melakukan upaya lebih serius guna mengurangi berbagai kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak," tegas Tyas.

Upaya tersebut, kata Tyas, hanya dapat dilakukan melalui hukuman yang tegas dan maksimal pada pelaku tindak perkosaan dan kekerasan seksual lainnya pada anak-anak dan perempuan.

Dalam hal ini, dia menilai Daming sebagai pejabat publik tidak memiliki kesadaran dan sensitivitas gender. "Bahkan, dia justru menjadikan kekerasan terhadap perempuan dan anak sebagai bahan tertawaan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com