barcelona, senin
Namun, usaha untuk melepaskan diri dari Spanyol justru dianggap makin lemah karena suara partai berkuasa di Catalonia, yang mendorong separatisme tersebut, justru turun drastis.
Secara keseluruhan, para pemilih di Catalonia menyerahkan suara mereka kepada empat partai pendukung separatisme. Jika ditotal, perolehan kursi empat partai itu di parlemen mencapai 87 kursi, atau hampir dua pertiga dari total 135 kursi parlemen Catalonia.
Namun, dari empat partai tersebut, setidaknya dua partai memiliki pandangan ideologi dan kebijakan yang sangat berbeda sehingga akan sulit berkoalisi.
Partai berkuasa, yakni Partai Konvergensi dan Persatuan (CiU), beraliran nasionalis kiri- tengah yang telah menerapkan sejumlah langkah pengetatan anggaran yang menambah beban rakyat selama ini.
Sementara Partai Kiri Republiken Catalonia (ERC) adalah partai berhaluan kiri yang secara tradisional mendukung kemerdekaan Catalonia dari Spanyol sejak dulu. ERC juga menentang pengetatan anggaran yang diterapkan pemerintahan CiU.
Menurut Joaquin Molins, profesor ilmu politik dari Universitas Otonomi Barcelona, partai CiU selama ini tak pernah mendukung kemerdekaan penuh Catalonia. CiU dalam sejarahnya dikenal sebagai partai nasionalis moderat yang berjuang untuk otonomi dan wewenang pemerintahan yang lebih besar bagi Catalonia tanpa merdeka dari Spanyol.
Namun, Presiden Catalonia Artur Mas dari CiU berubah haluan sejak terjadi demonstrasi besar-besaran warga Catalonia menuntut kemerdekaan, 11 September. Warga Catalonia, yang memiliki budaya dan bahasa sendiri, menuduh Pemerintah Spanyol mengambil pajak terlalu banyak dari Catalonia dengan manfaat yang tak sebanding.
Mas jengkel dengan keputusan Perdana Menteri Spanyol Mariano Rajoy yang menolak meringankan beban pajak rakyat Catalonia. Ia pun menyerukan pemilu awal dengan tujuan memanfaatkan peningkatan sentimen separatis di Catalonia itu.