Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fitra: Pemerintah, Tirulah Ahok!

Kompas.com - 17/11/2012, 19:50 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Cara yang digunakan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, yang blak-blakan dalam pembahasan anggaran daerah, mendapat apresiasi banyak pihak. Video pertemuan Basuki dengan pejabat Dinas Perhubungan ataupun Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta pada Kamis (8/11/2012) sengaja diunggah ke situs Youtube agar semua orang tahu tentang pembahasan anggaran DKI Jakarta.

Dalam dua pertemuan itu, Basuki meminta dinas-dinas memangkas anggaran belanja tahun 2013. Basuki bahkan menantang para pejabat dinas untuk melakukan perbaikan anggaran. Basuki mengajukan dua alternatif pembiayaan proyek. Yang pertama, Basuki menawarkan agar Dinas PU memotong sendiri semua anggaran yang diajukan sebesar 25 persen. Yang kedua, Basuki mengancam akan menghapus proyek-proyek di Dinas PU dan akan mengerjakannya dengan anggaran dari biaya operasional wakil gubernur.

Tidak berhenti di situ, Basuki juga mengancam akan mencopot semua pejabat hingga eselon III jika terbukti Basuki dapat menjalankan proyek-proyek tersebut dengan biaya lebih murah. Basuki menegaskan bahwa semua anggaran itu akan ditayangkan di internet. Ia juga menyatakan bahwa pertemuan itu direkam dan ditayangkan pula di Youtube.

Sekretaris Jenderal Forum Indonesia dan Transparansi Anggaran (Fitra) Yuna Farhan mengatakan, model transparansi gaya Basuki ini dapat ditiru oleh pemerintah daerah lain, kementerian, ataupun lembaga-lembaga pemerintahan lain.

"Itu saya kira jadi preseden yang baik untuk role model di daerah-daerah lain, termasuk di negara kita untuk pembahasan anggaran. Jadi pembahasan anggaran ini hanya sedikit saja yang tahu dan ini jadi betul-betul terbuka," ujar Yuna seusai diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (17/11/2012).

Menurut Yuna, kementerian hingga Dewan Perwakilan Rakyat dapat meniru hal yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pimpinan Joko Widodo dan Basuki itu. Tak hanya pembahasan awal anggaran yang dibeberkan kepada publik, tetapi juga saat terjadi perubahan anggaran atau ingin menaikkan anggaran. Hal itu dapat diunduh dalam website kementerian masing-masing. Transparansi anggaran ke hadapan publik ini, menurut Yuna, dapat mencegah terjadinya kongkalikong antara pejabat pemerintah.

"Kalau seperti itu di nasional, kongkalikong tidak bisa tergerak. Ini untuk menghindari kongkalikong karena semua terbuka. Misal, Dewan mau mengusulkan perubahan anggaran dan menaikkan anggaran, itu terekam. Ada history-nya," ujarnya.

Menurut Yuna, selama ini pembahasan anggaran memang terbuka. Namun, jika terdapat kenaikan atau perubahan anggaran, pembahasan anggaran tidak terbuka. Hal ini memungkinkan munculnya kesepakatan-kesepakatan kotor dalam penggunaan anggaran.

Yuna berharap kepemimpinan Jokowi dan Basuki di Pemprov DKI Jakarta dapat mendorong kementerian ataupun DPR untuk melakukan hal serupa. "Bagusnya kalau Ahok bisa mendorong semua birokrasi untuk memasukkan anggaran yang dibuka juga di web masing-masing sehingga rakyat juga bisa lihat," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Nasional
PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

Nasional
Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Nasional
Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Nasional
Hakim MK Diminta Selamatkan Konstitusi lewat Putusan Sengketa Pilpres 2024

Hakim MK Diminta Selamatkan Konstitusi lewat Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
MK Bakal Unggah Dokumen 'Amicus Curiae' agar Bisa Diakses Publik

MK Bakal Unggah Dokumen "Amicus Curiae" agar Bisa Diakses Publik

Nasional
PSI Punya 180 Anggota DPRD, Kaesang: Modal Baik untuk Pilkada

PSI Punya 180 Anggota DPRD, Kaesang: Modal Baik untuk Pilkada

Nasional
Polri Sebut 8 Teroris yang Ditangkap di Sulteng Pernah Latihan Paramiliter di Poso

Polri Sebut 8 Teroris yang Ditangkap di Sulteng Pernah Latihan Paramiliter di Poso

Nasional
MK Kirim Surat Panggilan untuk Hadiri Pembacaan Putusan Sengketa Pilpres 2024

MK Kirim Surat Panggilan untuk Hadiri Pembacaan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com