Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"A to Z" Kata Rhoma soal "Nyapres"

Kompas.com - 15/11/2012, 08:14 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Dari ingar-bingar panggung keartisan, Rhoma Irama memutuskan terjun ke panggung politik. Meski bukan pendatang baru, keputusan Rhoma memasuki panggung politik kali ini terbilang berani lantaran si raja dangdut itu serius menyatakan diri siap menjadi calon Presiden, orang nomor satu negeri ini.

Rhoma mengaku kesiapannya menjadi capres lantaran didorong oleh para ulama yang merasa pemimpin yang ada saat ini tidak merepresentasikan umat Islam. Meski mengundang banyak keraguan, Rhoma tak gentar. Ia bahkan menilai hujatan orang lain terhadap dirinya adalah vitamin penambah energi. Saat ditemui di Jakarta pada Selasa (13/11/2012), Rhoma menceritakan panjang lebar soal latar belakang pencalonannya itu dan apa yang akan diperbuatnya nanti begitu resmi diusung menjadi calon presiden.

Berikut kutipan wawancaranya.

T: Banyak pihak yang mulai mencalonkan Bang Rhoma untuk maju sebagai capres. Apa Anda sudah siap maju sebagai RI 1?
J: Saya ingin katakan bahwa jabatan presiden buat saya itu bukan jabatan yang menggiurkan yang harus dikejar, apalagi harus bayar, tetapi sebuah jabatan yang menakutkan karena presiden itu merupakan tanggung jawab sangat besar karena setiap napas harus dipertanggungjawabkan kepada Allah dan bangsa. Posisi saya di sana adalah posisi yang harus tampil karena desakan ulama dan umat. Kenapa mendesak, karena beliau-beliau melihat capres mendatang tidak ada figur yang merepresentasikan umat Islam, sementara umat Islam mayoritas. Begitu mereka mendesak agar ada representatif umat yang tampil.

Kedua, keterpanggilan saya. saya melihat semakin hari demokrasi kita sudah kebablasan keluar dari komitmen falsafah Pancasila yang dicita-citakan founding fathers kita. Kita sudah jauh dari nilai ketuhanan, jauh dari nilai-nilai kemanusiaan, dan jauh dari nilai persatuan.

Indikasinya tidak ada sopan santun dalam berpolitik, berbangsa, dan bernegara. Seorang kepala negara boleh dicaci maki, disamakan dengan kerbau, drakula, tanpa ada sanksi hukum. Sementara presiden itu simbol negara. Kalau rakyat sudah mencaci maki presidennya, berarti dia menghina negaranya. Kalau presiden sudah seenaknya bisa dicaci maki, rektor dosen bisa seenaknya dicaci maki. Guru-guru juga tidak punya wibawa lagi kepada muridnya. Terjadilah demoralisasi.

Tawuran antarmahasiswa, antarkomponen bangsa karena tidak ada lagi nilai moral karena kita sudah hanyut dalam demokrasi yang permisif, serbaboleh. Saya ingin kembalikan bangsa ini untuk kembali kepada Pancasila. Yang semula kita bangsa religius, sekarang kita bangsa sekuler. Yang semula kita bangsa sopan santun, ramah, jadi bangsa yang beringas, yang emosional. Ini faktor keterpanggilan saya.

T: Jadi, ini sebenarnya desakan ulama atau keterpanggilan sendiri?
J: Desakan ulama dan desakan politisi Senayan. Dulu tidak pernah ada keinginan jadi capres. Tahun 2004, saya didorong untuk mencalonkan, tahun 2009, saya bahkan diminta jadi cawapres, tetapi saya tidak terobsesi. Sampai saya katakan kepada para ulama, apakah tidak ada figur lain selain saya yang bisa saya usung bersama? Dijawabnya, Anda telah jadi ikon dari umat, hanya Anda yang bisa persatukan umat Islam, dan hanya Anda yang bisa membawa visi dan misi umat Islam. Bahkan, setiap kita kumpul, bahasanya, Anda "wajib, wajib, wajib" sudah bukan harus lagi untuk maju karena tidak ada yang bawa aspirasi Islam.

T: Mengapa akhirnya Anda terjun ke politik yang banyak disebut keras?
J: Islam itu mencakup semua hal, termasuk politik itu sendiri. Kalau ada yang bilang jangan terjun ke politik, itu salah besar karena politik itu bagian kecil dari Islam. Saya rasa tidak ada karpet merah untuk perjuangan. Berjuang mencari keadilan itu pasti beronak berduri. Seorang pejuang harus siap menghadapi itu. Karena tidak ada nabi yang tidak dihujat, bahkan dibunuh, termasuk keyakinan umat Kristiani, Yesus pun dibunuh. Itulah konsekuensi seorang pejuang, bukan karena hujatan harus mundur. Buat saya hujatan itu vitamin.

T: Apa yang bisa Anda lakukan dengan menjadi capres ini?
J: Saya berharap, saya pertanyakan kepada undang-undang dasar dan para politisi apakah jabatan presiden ini bisa mengubah moral bangsa, bisa mengubah akhlak. Sebenarnya, visi dan misi saya sejak dulu sudah tertuang dalam lirik lagu saya. Sebelum ada KPK, saya sudah bicara pemberantasan korupsi lewat lagu "Indonesia". Saya sudah bicara serukan persatuan nasional melalui lagu "Bersatulah", saya menyerukan kerukanan antarumat beragama melalui lagu "Kita adalah Satu". Saya sudah menyerukan untuk melindungi HAM sebelum ada HAM internasional. Sesungguhnya, rakyat, penggemar saya, sudah tahu visi dan misi Rhoma bagaimana. Kepribadian Rhoma ada di situ, inilah visi misi Rhoma.

T: Tadi Anda bilang dicalonkan maju sebagai capres karena tidak ada sosok pemimpin yang representatif dari umat Islam. Kandidat-kandidat lain yang sekarang muncul ini kan Islam semua.
J: Akan tetapi, yang membawa aspirasi Islam tidak ada. Yang menjadi figur representatif umat tidak ada, menurut pengamatan ulama. Mereka umumnya nasionalis. Kalau Islam, sudah pasti nasionalis karena Islam sangat kondusif untuk menciptakan persatuan antarumat beragama, persatuan global dengan perbedaan agama dan bangsa. Di dalam tekstual tertuang di dalam Al Quran, perintah untuk mencintai umat lain, seperti berdiri sendiri tertuang secara tekstual perintah untuk menghormati Tuhan-tuhan lain selain Allah, jadi sangat kondusif menciptakan perdamaian global dan Internasional. Jadi, jangan takut Islam mendiskriminasikan agama-agama lainnya.

T: Kebijakan seperti apa yang Anda siapkan sebagai representasi dari umat Islam?
J: Ya, mayoritas masyarakat kita umat Islam, tetapi akhir-akhir ini masyarakatnya tidak Islami. Ketika ada umat Islam yang berusaha mencegah kemungkaran, umat dituduh intoleran. Ketika ingin tegakkan akidah, umat dituduh tidak menghargai perbedaan.

T: Mengapa harus langsung menjadi capres? Tidak cawapres?
J: Hahaha... Kalau cawapres, itunya enggak dapat. Mau nuntut ini itu tidak bisa. Sensasinya kurang. Saya juga didesak untuk menjadi presiden, bukan wakil.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Halalbihalal Merawat Negeri

    Halalbihalal Merawat Negeri

    Nasional
    Tak Ada Tim Transisi pada Pergantian Pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo

    Tak Ada Tim Transisi pada Pergantian Pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo

    Nasional
    Kasasi KPK Dikabulkan, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

    Kasasi KPK Dikabulkan, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

    Nasional
    Penetapan Presiden di KPU: Prabowo Mesra dengan Anies, Titiek Malu-malu Jadi Ibu Negara

    Penetapan Presiden di KPU: Prabowo Mesra dengan Anies, Titiek Malu-malu Jadi Ibu Negara

    Nasional
    Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

    Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

    Nasional
    Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

    Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

    Nasional
    Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

    Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

    Nasional
    Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

    Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

    Nasional
    Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

    Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

    Nasional
    2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

    2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

    Nasional
    Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

    Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

    [POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

    Nasional
    Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

    Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

    Nasional
    Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

    Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com