Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Konflik, Jagalah Iklim Investasi

Kompas.com - 04/11/2012, 02:31 WIB

Setelah lama meninggalkan Lampung, Kompas menjejakkan kaki lagi di tanah ”Sai Bumi Ruwa Jurai” itu, awal pekan lalu. Kemajuan fisik amat menonjol terlihat di Bandara Radin Inten II hingga Bandar Lampung. Provinsi ini terus berpacu mewujudkan obsesinya menjadi simpul distribusi nasional yang digaungkan sejak 1,5 dekade silam. Pascal S Bin Saju

Apakah mungkin Lampung mampu mewujudkan obsesinya itu jika konflik komunal atau kerusuhan sosial masih terus terjadi? Pertanyaan retoris itu juga terus menggoda sejak keluar dari Bandara Radin Inten II di Branti, Lampung Selatan—kabupaten yang baru saja diguncang konflik komunal hingga menewaskan 14 orang itu—hingga Bandar Lampung.

Di satu sisi, bukti-bukti tentang adanya kemajuan fisik atau pesatnya kemajuan terlihat, antara lain, dari perpanjangan landasan pacu Bandara Radin Inten II. Banyak ruko dan bangunan baru tumbuh di Natar, salah satu pusat pertumbuhan di Lampung Selatan. Ruas jalan dalam kota di Bandar Lampung telah diperlebar. Kota ini pun penuh sesak oleh kendaraan.

Bukti pertumbuhan fisik paling nyata terlihat di Bandar Lampung, ibu kota provinsi itu. Banyak gedung bertingkat, hotel-hotel baru, rumah sakit baru, dan pusat perbelanjaan baru. Kantor perwakilan perusahaan otomotif juga hadir dengan gedung-gedung yang lebih modern. Bahkan, sebuah sekolah bertaraf internasional pun sedang dibangun.

Haryanto Paspa, Astri Octiana, dan Doni Septadijaya dari tim ekonomi dan moneter Bank Indonesia Lampung merilis ekonomi Lampung triwulan II-2012 tumbuh 6,3 persen. Ada kenaikan signifikan dari pertumbuhan triwulan I yang 5,8 persen. Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan memberikan sumbangan terbesar, lalu sektor pertanian.

Pembantu Dekan III Fakultas Ekononi Universitas Lampung Habibulah Jima menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Lampung rata-rata 6,1 persen. ”Pertumbuhan itu menunjukkan situasi sedang kondusif. Dengan adanya konflik yang sering terjadi bisa berdampak buruk pada laju pertumbuhan investasi, jadi harus disikapi,” katanya.

Geliat kemajuan Lampung mengingatkan Kompas akan salah satu topik yang cukup menyita waktu dan pemikiran peserta di ruang rapat utama Kantor Gubernur Lampung awal Oktober 1996, yakni tentang kota ”Bandar Lampung 2020”. Diproyeksikan sosok Bandar Lampung yang metropolis dan dipetakan pula infrastruktur pendukung yang harus dibangun sejak awal.

Paparan tentang ”Bandar Lampung 2020” itu sebenarnya merupakan konsekuensi dari obsesi utama Pemprov Lampung membangun daerahnya menjadi salah satu simpul distribusi barang dan jasa nasional. Provinsi seluas 35.376,50 kilometer persegi itu ingin lebih daripada sekadar hinterland Jabotabek.

Masih terngiang kata-kata Ketua Bappeda Lampung kala itu, Harris Hasyim. ”Lampung harus menjadi salah satu simpul distribusi barang dan jasa nasional. DKI Jakarta dan Jawa Barat sudah terlalu padat. Lampung harus siap. Visi dan imajinasinya harus jelas,” ujarnya— tokoh visioner Lampung itu telah berpulang beberapa tahun lalu.

Gerbang lintas kawasan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com