Berkeliarannya jaringan teroris itu disampaikan peneliti terorisme dari Universitas Malikussaleh, Aceh, Al Chaedar, dan alumnus Ngruki sekaligus Direktur Eksekutif Yayasan Prasasti Perdamaian Noor Huda Ismail, secara terpisah, di Jakarta, Senin (29/10).
”Beberapa orang yang ditangkap (pekan lalu) itu anak muda yang punya posisi penting dalam gerakan mereka. Mereka tertangkap karena gerakannya bocor dan jaringannya sudah dideteksi polisi,” kata Al Chaedar.
Noor Huda Ismail mengingatkan, ada kelompok-kelompok lain di luar jaringan Harakah Sunni untuk Masyarakat Indonesia (Hasmi) yang masih bebas berkeliaran. Meskipun sebagian besar jaringan dan gerak-geriknya terpantau, bisa jadi mereka memiliki rencana serangan yang luput diketahui.
Kemarin, sebuah bom seberat sekitar 10 kilogram ditemukan aparat gabungan TNI dan kepolisian dalam penyisiran di Dusun Tamanjeka, Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir, Poso. Bom itu dipastikan aktif yang siap diledakkan.
Kemarin sekitar pukul 12.00, sebuah ledakan kembali mengejutkan warga Poso. Polisi menyebut ledakan ini petasan, tetapi barang bukti di lokasi adalah dua pipa paralon yang dilengkapi kabel.
Ledakan terjadi di sebuah warung di Pantai Penghibur, Jalan Pattimura. Pantai di bibir Teluk Tomini itu selalu ramai dikunjungi warga. Terdapat warung dan kafe di sepanjang pantai itu. Lokasi ledakan hanya berjarak sekitar 50 meter dari Hotel Wisata, tempat tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror menginap.
Ledakan berasal dari warung milik Ira (42). Saat itu, pemilik warung akan membersihkan tempat yang sehari-hari digunakan untuk menjual pisang goreng dan aneka makanan dan minuman.
”Saat membersihkan, saya lihat benda itu, bentuknya lonjong, seperti pipa dan ada kabel merah dan hitam di ujungnya. Saya kaget dan menjauh. Tak lama kemudian meledak. Suaranya sangat keras,” ujarnya.
”Setelah ledakan, saya pergi melihat dan ternyata masih ada satu lagi. Saya akhirnya memanggil orang karena takut kalau meledak lagi,” lanjutnya.