Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Ingin Bertahan, Partai Islam Sebaiknya Bergabung

Kompas.com - 22/10/2012, 01:56 WIB

Jakarta, Kompas - Diperkirakan hanya ada dua partai berbasis Islam yang bertahan jika pemilihan umum digelar pada Oktober ini dengan ambang batas parlemen 3,5 persen. Semakin menurunnya pemilih partai-partai Islam antara lain disebabkan persoalan integritas politisinya hingga ketiadaan program kerja nyata yang mampu menyelesaikan masalah rakyat. Jika ingin mempertahankan ceruk suaranya, sebaiknya partai-partai berbasis Islam bergabung.

Penelitian yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menunjukkan, parpol berideologi Islam makin tidak populer. Peneliti LSI Adjie Al Farabiya dalam diskusi di Jakarta, Sabtu (20/10), mengatakan, dari hasil survei itu, jika pemilu digelar saat ini dan ambang batas parlemen 3,5 persen, hanya ada dua partai Islam yang akan bertahan.

”Hanya ada dua partai Islam yang bisa lolos jika pemilu diselenggarakan bulan ini dan parliamentary threshold ditetapkan 3,5 persen. Tetapi, saya belum bisa sebut partai mana saja. Hanya saja, kecenderungan partai nasionalis memang meningkat. Golkar semakin tinggi. PDI-P juga. Demokrat masih punya waktu dua tahun untuk berbenah. Nasdem dan Gerindra puya pendanaan cukup besar,” katanya.

Dalam survei LSI yang dirilis pekan lalu, lima besar parpol saat ini dikuasai partai berbasis kebangsaan, yakni Golkar 21 persen, PDI-P 17,2 persen, Partai Demokrat 14 persen, Partai Gerindra 5,2 persen, dan Partai Nasdem 5 persen.

Menurut Adjie, saat ini pasar pemilih partai Islam 25 persen hingga 30 persen. Ceruk suara tersebut diperebutkan oleh empat partai. Adjie mengatakan, sebenarnya basis suara ini bisa dipertahankan jika partai-partai Islam bergabung. ”Jika ke depan partai Islam ini mengerucut menjadi dua saja, perolehan suara mereka masih bisa besar. Masyarakat Indonesia meski mayoritas Islam, tetapi aspirasi politiknya justru ke partai nasionalis. Ini harus disadari partai Islam,” katanya.

Problem utama menurunnya popularitas partai Islam di mata pemilih, menurut Adjie, adalah persoalan integritas politisinya yang terjerat kasus korupsi. Selain itu, tidak banyak yang ditawarkan partai Islam kepada pemilih. Partai nasionalis di sisi lain juga memperjuangkan nilai-nilai Islam sehingga pemilih juga tak ditawarkan sesuatu yang baru oleh partai Islam.

”Malah secara struktural, ada underbow partai nasionalis yang kemudian menampungnya seperti Baitul Muslimin Indonesia di PDI-P atau majelis zikir di Partai Demokrat,” katanya.

Menanggapi menurunnya popularitas partai Islam di mata pemilih, Wakil Ketua Fraksi PKS DPR Shohibul Iman mengakui, partai nasionalis memang semakin akomodatif dengan umat Islam. Namun, tak bisa dinafikan bahwa dinamika politik dalam realitas kesejarahan di Indonesia selalu diwarnai adanya partai berbasis Islam.

Dia mengatakan, partai Islam memang saat ini tak boleh terpaku dengan kepentingan umat Islam semata. ”Jangan juga terjebak pada kepentingan yang sifatnya simbolis dan ritual. Partai Islam juga harus berpikir untuk kepentingan seluruh bangsa Indonesia,” kata Shohibul. (BIL)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com