Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Novel, Penyidik "Gemilang" yang Tersandung Kasus

Kompas.com - 09/10/2012, 09:54 WIB

Komisaris Novel Baswedan yang bekerja secara ”tertutup” selama ini kini tiba-tiba menjadi terkenal. Novel dikenal sebagai salah satu penyidik yang berprestasi gemilang di KPK. Kasus-kasus dugaan korupsi ”berkelas” pernah ia tangani.

Novel berperan utama dalam mengungkap korupsi skala besar, seperti suap wisma atlet yang melibatkan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin dan politisi satu partainya, Angelina Sondakh. Novel ikut memimpin penangkapan Bupati Buol Amran Batalipu yang sempat melawan saat ditangkap tangan menerima suap dari anak buah pengusaha Siti Hartati Murdaya.

Di hampir semua penangkapan koruptor kelas kakap, Novel ikut langsung di lapangan. Sejumlah operasi tangkap tangan KPK dipimpin oleh Novel. Yang paling fenomenal tentu kasus dugaan korupsi pengadaan simulator berkendara di Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri. Novel menjadi penyidik yang ikut memimpin penggeledahan di Markas Korlantas, Jakarta (Kompas, 7/10).

Akan tetapi, Novel kini tersangkut kasus dugaan pidana. Ia diduga terlibat kasus penembakan tersangka pencuri sarang burung walet di Bengkulu pada Februari 2004. Salah satu tersangka pencuri tewas dan beberapa mengalami luka-luka. Pihak penyidik Polda Bengkulu kini siap menjerat Novel.

Sungguh sayang, penyidik pilihan Polri untuk penugasan khusus di KPK kini tersandung kasus dugaan pidana. Selama ini, Polri selalu menyebutkan bahwa penyidik-penyidik yang dikirim ke KPK merupakan penyidik-penyidik terbaik.

Para penyidik itu merupakan lulusan Akademi Kepolisian terbaik, dididik dan dilatih khusus untuk menjadi penyidik profesional. Penugasan para penyidik Polri di KPK itu tidak ”main-main”. Penugasan tersebut juga sebenarnya merupakan sebuah jenjang promosi jabatan.

Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Sutarman mengatakan, penyidik Polri di KPK memerlukan promosi karier. Mereka tak hanya dipersiapkan menjadi penyidik, melainkan juga menjadi pemimpin di jajaran kepolisian.

Lalu, mengapa Novel dapat lolos seleksi menjadi penyidik di KPK jika sudah diketahui bermasalah? Novel pernah menjalani sidang kode etik profesi Polri terkait kasus penembakan tersangka pencuri sarang burung walet di Bengkulu.

Bahkan, menurut Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Bengkulu Komisaris Besar Dedy Irianto, upaya penangkapan terhadap Novel pada Jumat malam lalu juga tidak terlepas dari proses penyidikan yang dilakukan pada tahun 2004.

”Berasal kami sidik 2004. (Saat itu), terjadi penembakan yang murni tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan luka berat dan meninggal dunia,” kata Dedy.

Jika sudah diketahui Novel pernah mengalami masalah dan diduga terkait tindak pidana, mengapa Novel tetap dapat lolos seleksi internal Polri untuk menjadi penyidik di KPK? Bukankah proses seleksi di Polri sebenarnya cukup ketat?

Bahkan, sejak tahun 2004 Novel juga sudah mengalami kenaikan pangkat.

Sebagai Kasatserse Polresta Bengkulu, Novel yang kala itu berpangkat inspektur satu juga naik pangkat. Kini Novel berpangkat komisaris atau perwira menengah.

Terkait proses seleksi itu, Sutarman mengatakan, rekam jejak calon penyidik yang disaring untuk menjadi penyidik KPK berasal dari masing-masing daerah atau polda. Penyidik-penyidik itu kemudian dikirim ke bagian Sumber Daya Manusia Polri untuk pembinaan personel.

Apakah Polri benar-benar menyeleksi dan memberikan penyidik yang terbaik untuk KPK? Sutarman mengakui, dalam proses seleksi dan melihat rekam jejak calon penyidik, kasus-kasus yang dialami penyidik kadang belum muncul.

”Kadang-kadang, sudah sekolah, kasus lama muncul sehingga harus diberhentikan dari sekolah,” katanya.(Ferry Santoso)

Berita terkait dapat diikuti dalam topik "Polisi vs KPK"

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    [POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

    [POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

    Nasional
    Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

    Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

    Nasional
    Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

    Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

    Nasional
    Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

    Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

    Nasional
    Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

    Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

    Nasional
    AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

    AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

    Nasional
    Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

    Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

    Nasional
    Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

    Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

    Nasional
    AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

    AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

    Nasional
    Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

    Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

    Nasional
    Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

    Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

    Nasional
    Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

    Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

    Nasional
    Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

    Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

    Nasional
    AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum 'Clear', Masih Dihuni Warga

    AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum "Clear", Masih Dihuni Warga

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com