Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPK Bentuk Tim Investigasi Telusuri Kasus Novel

Kompas.com - 08/10/2012, 07:23 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membentuk tim investigasi sendiri untuk menelusuri peristiwa dugaan penganiayaan terhadap tersangka pencurian sarang burung walet pada 2004 yang dituduhkan Kepolisian Daerah Bengkulu kepada penyidik KPK, Novel Baswedan.

Juru Bicara KPK Johan Budi mengatakan, hasil investigasi tim tersebut akan menjadi second opinion atau pendapat lain yang akan disampaikan KPK ke kepolisian ataupun ke masyarakat.

"KPK telah membentuk tim untuk menelusuri sejauh mana tuduhan yang dialamatkan kepada penyidik kami, Novel Baswedan, berkaitan dengan penganiayaan yang menyebabkan kematian pada pelaku pencurian walet pada 2004," kata Johan dalam jumpa pers di Jakarta, Minggu (7/10/2012) malam.

Johan mengatakan, tim investigasi itu telah bekerja dan sudah menemukan sejumlah fakta terkait kasus Novel tersebut. Dia juga mengatakan bahwa KPK sudah membentuk tim pengacara untuk membela Novel.

Ada sekitar 22 orang yang tergabung dalam tim pengacara tersebut. Salah satunya adalah Koordinator Koalisi Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Haris Azhar. Ikut bergabung pula Edwin Partogi, Hermawanto, Iskandar Sonhaji, Alexander Lay, dan Nurkholis Hidayat, juga ada sejumlah pengacara lainnya.

Meskipun demikian, menurut Johan, KPK akan mempertahankan Novel. Dia mengatakan bahwa Novel bukan sekadar penyidik, melainkan simbol pemberantasan korupsi.

Novel yang merupakan salah satu penyidik terbaik KPK itu menangani sejumlah kasus besar di KPK. Salah satunya, kasus dugaan korupsi simulator ujian surat izin mengemudi (SIM) di Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri. Novel juga yang memeriksa Irjen Djoko Susilo pada Jumat (5/10/2012).

Beberapa jam setelah Djoko selesai diperiksa, Jumat malam itu, puluhan anggota Polda Bengkulu dibantu dengan Polda Metro Jaya menggeruduk Gedung KPK, Kuningan, Jakarta, untuk menangkap Novel.

Polda Bengkulu menuduh Novel melakukan penganiayaan berat terhadap para tersangka pencurian sarang burung walet pada 2004. Saat itu Novel masih berpangkat inspektur satu dan menjadi Kepala Satuan Reserse Kriminal Polda Bengkulu.

Menurut pihak Polda Bengkulu, kasus Novel yang terjadi delapan tahun silam ini diusut karena ada laporan dari korban penganiayaan. Sementara, menurut KPK, kasus itu sudah selesai 2004. Novel, menurut KPK, tidak terlibat dalam penganiayaan itu.

Menurut KPK, anak buah Novel yang melakukan pelanggaran hukum sehingga menyebabkan kematian salah satu tersangka pencuri burung walet. Atas tindakan anak buahnya itu, Novel sudah mendapat sanksi disiplin, tetapi jabatannya sebagai Kasatreskrim Polda Bengkulu tidak diganti hingga Oktober 2005.

Berita-berita terkait bisa diikuti di Topik Pilihan: POLISI VS KPK

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    MK Diprediksi Bikin Kejutan, Perintahkan Pemungutan Suara Ulang di Sejumlah Daerah

    MK Diprediksi Bikin Kejutan, Perintahkan Pemungutan Suara Ulang di Sejumlah Daerah

    Nasional
    Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

    Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

    Nasional
    Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

    Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

    Nasional
    TPN Ganjar-Mahfud Sebut 'Amicus Curiae' Bukan untuk Intervensi MK

    TPN Ganjar-Mahfud Sebut "Amicus Curiae" Bukan untuk Intervensi MK

    Nasional
    Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

    Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

    Nasional
    Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

    Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

    Nasional
    TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

    TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

    Nasional
    Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

    Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

    Nasional
    Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

    Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

    Nasional
    Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

    Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

    Nasional
    Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

    Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

    Nasional
    Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

    Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

    Nasional
    Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

    Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

    Nasional
    Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

    Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

    Nasional
    Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

    Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com