Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korupsi Sengsarakan Rakyat

Kompas.com - 07/10/2012, 09:07 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemberantasan korupsi di negeri ini harus dilakukan dengan cara luar biasa dan strategi jitu. Ketika penegak hukum di luar Komisi Pemberantasan Korupsi belum sejalan, tentunya kekuatan rakyat menjadi pilar utama dalam pemberantasan korupsi yang sudah merajalela di semua sendi kehidupan penyelenggaraan negara ini.

Kekuatan rakyat itu ditegaskan oleh Ketua KPK Abraham Samad, Sabtu (6/10), pada pertemuan dengan ulama dan tokoh masyarakat di Kantor Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Tengah di Semarang. Hadir dalam pertemuan itu mantan Ketua PBNU KH Hasyim Muzadi, Ketua PWNU Jateng KH Moh Adnan, Ketua DPW Muhammadiyah Jateng KH Mustman Thalib, Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, para ketua PCNU se-Jateng, para tokoh penggiat antikorupsi serta tokoh lintas agama di Jateng.

Menurut Abraham, praktik korupsi sudah memprihatinkan, lebih parah lagi sikap permisif masyarakat yang menganggap seolah-olah kejahatan korupsi itu biasa saja. Padahal, praktik korupsi sangat berbahaya dan menyengsarakan masyarakat.

Di tengah tekanan atas upaya lembaga lain melakukan kriminalisasi terhadap penyidik KPK, KPK berharap dukungan rakyat mampu membangkitkan semangat juang bagi KPK memerangi korupsi.

Dukungan rakyat itu, ujar Abraham, penting pada saat bangsa ini kehilangan pemimpin yang bisa menjadi teladan dalam upaya pemberantasan korupsi. Di negara lain, bahkan presiden yang menjadi teladan hidup sederhana untuk memelopori pemberantasan korupsi.

Menurut KH Hasyim Muzadi, upaya kriminalisasi KPK merupakan bukti nyata bahwa penyelenggara negara belum satu suara dalam pemberantasan korupsi. ”Pelaku penekanan terhadap penyidik KPK itu punya atasan. Atasan Kepala Polri itu kan Presiden, ya mestinya Presiden yang menegur dan mengusut tindakan kriminalisasi KPK itu,” katanya.

Menurut Hasyim, di negara mana pun pemberantasan korupsi berhasil apabila lembaga penegak hukum dan komponen seluruh bangsa ini bersatu memeranginya. Ketika pemimpin lemah, DPR yang mestinya melindungi rakyat dan membela KPK malah juga akan menggembosinya. Karena itu, upaya membawa pimpinan KPK kepada warga nahdliyin juga kalangan Muhammadiyah di Jateng merupakan bagian menyambungkan KPK dengan rakyat. Biarlah rakyat memahami kondisinya sehingga rakyat tergerak menjadi pembela KPK.

KPK kembali mengalami kriminalisasi di tengah upaya mengungkap kasus korupsi pengadaan simulator berkendara di Korps Lalu Lintas (Korlantas) yang melibatkan sejumlah petinggi Polri. Kepala Satuan Tugas Penyidikan KPK untuk kasus simulator, Komisaris Novel Baswedan, ditetapkan menjadi tersangka kasus penganiayaan yang terjadi delapan tahun lalu saat masih bertugas di Polres Bengkulu.

Tak ayal penetapan Novel sebagai tersangka itu membuat Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto, Sabtu dini hari, menyebutnya sebagai kriminalisasi terhadap anggota KPK. Jumat sekitar pukul 19.30, tak lama setelah KPK selesai memeriksa tersangka kasus pengadaan simulator, Inspektur Jenderal Djoko Susilo, sejumlah perwira dari Polda Bengkulu, dipimpin Direktur Reserse Kriminal Umum Komisaris Besar Dedy Irianto, bersama perwira Polda Metro Jaya mendatangi KPK. Dedy membawa surat perintah penangkapan terhadap Novel.

Namun, penangkapan terhadap Novel tak berhasil. Rombongan perwira polisi itu hanya berada di lobi Gedung KPK. Pihak KPK meminta mereka menunggu karena pimpinan KPK saat itu tak berada di tempat. Ketua KPK Abraham Samad sedang dalam perjalanan dari Makassar dan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto tengah dalam perjalanan dari Samarinda. Tiga wakil ketua KPK lainnya tak berada di kantor.

Kabar penangkapan Novel itu cepat merebak di berbagai jaringan media sosial, seperti Facebook dan Twitter. Sejumlah elemen masyarakat sipil, tokoh-tokoh publik, anggota DPR, dan pemerintah langsung berdatangan ke KPK. Tak hanya Novel, kabar yang berkembang sebelumnya ada lima penyidik KPK yang akan dijemput paksa karena belum lapor ke Mabes Polri setelah masa tugasnya habis.

Kian larut massa yang datang ke KPK semakin banyak. Beberapa kelompok mahasiswa dan masyarakat yang ingin mengetahui kondisi sebenarnya di KPK saat itu berdatangan. Mereka semua memberi dukungan kepada KPK dan menolak upaya kriminalisasi terhadap siapa pun di KPK.

Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan, yang malam itu ikut berbaur di KPK, mengaku kecewa karena pejabat pemerintah tak juga bersikap ketika KPK berada dalam bahaya. Padahal, KPK adalah pilar pemberantasan korupsi di negeri ini. ”Rakyat kita amat cerdas dan adil dalam melihat perseteruan ini. Mereka lebih memihak pemberantasan korupsi,” katanya. 

Namun, kemarin, Kepala Bareskrim Polri Komisaris Jenderal Sutarman mengatakan, upaya penangkapan Novel bukan tindakan kriminalisasi. ”Yang dilakukan penyidik Polda Bengkulu dan dibantu penyidik Polda Metro Jaya adalah murni tindakan penegakan hukum terhadap kasus dugaan tindak pidana yang terjadi pada Februari 2004. Masalah seperti ini jangan dibawa ke masalah seolah-olah terjadi suatu benturan kepentingan Polri dan KPK,” kata Sutarman dalam jumpa pers yang didampingi Kepala Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Suhardi Alius dan Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Bengkulu Kombes Dedy Irianto.

Sutarman menambahkan, Polri sepenuhnya mendukung pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK. Selama ini Polri juga telah memberi kontribusi untuk membesarkan KPK. ”Kami dianggap mengerdilkan KPK. Justru kalau tindakan seperti ini, etika kelembagaan seperti ini, dia mengerdilkan diri sendiri. Yang paling berwenang (melakukan pemberantasan korupsi) KPK. Kami dukung. Tanpa dukungan itu, kalau jalan sendiri, tidak akan mampu,” katanya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Golkar Tegaskan Belum Ada Upaya Revisi UU MD3 demi Kursi Ketua DPR

    Golkar Tegaskan Belum Ada Upaya Revisi UU MD3 demi Kursi Ketua DPR

    Nasional
    Tak Ada Anwar Usman, MK Diyakini Buat Putusan Progresif dalam Sengketa Pilpres

    Tak Ada Anwar Usman, MK Diyakini Buat Putusan Progresif dalam Sengketa Pilpres

    Nasional
    Gibran Dampingi Prabowo ke Bukber Golkar, Absen Saat Acara PAN dan Demokrat

    Gibran Dampingi Prabowo ke Bukber Golkar, Absen Saat Acara PAN dan Demokrat

    Nasional
    Prabowo: Kita Timnya Jokowi, Kita Harus Perangi Korupsi

    Prabowo: Kita Timnya Jokowi, Kita Harus Perangi Korupsi

    Nasional
    Freeport Indonesia Berbagi Bersama 1.000 Anak Yatim dan Dhuafa

    Freeport Indonesia Berbagi Bersama 1.000 Anak Yatim dan Dhuafa

    Nasional
    Komisi V DPR Apresiasi Kesiapan Infrastruktur Jalan Nasional Capai 98 Persen Jelang Arus Mudik-Balik

    Komisi V DPR Apresiasi Kesiapan Infrastruktur Jalan Nasional Capai 98 Persen Jelang Arus Mudik-Balik

    Nasional
    Pakar: Jadi Subyek yang Dituduh, Mestinya Presiden Dihadirkan pada Sidang Sengketa Pilpres

    Pakar: Jadi Subyek yang Dituduh, Mestinya Presiden Dihadirkan pada Sidang Sengketa Pilpres

    Nasional
    Dukung Prabowo dan Megawati Bertemu, Airlangga Singgung Periode Kritis RI 10 Tahun ke Depan

    Dukung Prabowo dan Megawati Bertemu, Airlangga Singgung Periode Kritis RI 10 Tahun ke Depan

    Nasional
    Prabowo: Saya dan Gibran Manusia Biasa, Kami Butuh Bantuan dan Nasihat

    Prabowo: Saya dan Gibran Manusia Biasa, Kami Butuh Bantuan dan Nasihat

    Nasional
    Diminta Kubu Anies Jadi Saksi Sengketa Pilpres 2024, Airlangga Tunggu Undangan MK

    Diminta Kubu Anies Jadi Saksi Sengketa Pilpres 2024, Airlangga Tunggu Undangan MK

    Nasional
    Pakar Sebut Kesaksian 4 Menteri di Sidang Sengketa Pilpres Penting, Bisa Ungkap Politisasi Bansos

    Pakar Sebut Kesaksian 4 Menteri di Sidang Sengketa Pilpres Penting, Bisa Ungkap Politisasi Bansos

    Nasional
    Prabowo Bilang Demokrasi Tidak Mudah, tetapi Paling Dikehendaki Rakyat

    Prabowo Bilang Demokrasi Tidak Mudah, tetapi Paling Dikehendaki Rakyat

    Nasional
    Menko Polhukam Sebut Pengamanan Rangkaian Paskah Dilakukan Terbuka dan Tertutup

    Menko Polhukam Sebut Pengamanan Rangkaian Paskah Dilakukan Terbuka dan Tertutup

    Nasional
    Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

    Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

    Nasional
    Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

    Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com