Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Haul Gus Dur, Bupati Bagikan 1.000 Kitab Akhlaq

Kompas.com - 27/09/2012, 18:58 WIB
Kontributor Probolinggo, Ahmad Faisol

Penulis

PROBOLINGGO, KOMPAS.com - Ribuan warga nahdliyin dan Pemerintah Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, menggelar peringatan 1000 hari wafatnya KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Pendopo Kabupaten Probolinggo, Kamis (27/9/2012) sore. Mereka berdoa bersama-sama untuk mendiang mantan Presiden RI ke-4 tersebut.

Haul tersebut dihadiri Ketua PWNU Jawa Timur KH Mutawakkil Alallah, ribuan warga nahdliyin, pengurus PCNU Kraksaan dan PCNU Kabupaten Probolinggo, PC Anshor Kraksaan dan Kabupaten Probolinggo, PC Fatayat, PC Muslimat, Polres, Kodim, para pejabat dan karyawan Pemkab. Hadir pula para politisi dan elemen masyarakat.

Peringatan 1000 hari wafatnya Gus Dur diawali dengan pembacaan shalawat Nabi Muhammad SAW yang dilanjutkan dengan pembacaan Surat Yasin yang dipandu oleh Ustadz Syafi'i Zein. Setelah itu dilakukan tahlil dan doa bersama yang dipimpin oleh Rais Syuriah PCNU Kraksaan KH. Munir Kholili.

Bupati Probolinggo Hasan Aminuddin mengatakan, peringatan 1.000 wafatnya Gus Dur ini digelar dengan maksud untuk mengenang sang guru bangsa dan tokoh besar yang sangat dihormati dan disegani di kalangan para kiai dan tokoh masyarakat lainnya.

"Saya ingin menjadi santri yang tawadhu kepada Gus Dur. Bagi saya, beliau adalah guru sekaligus Bapak. Pada awal menjabat bupati pada 2003 lalu, saya diuji. Setelah itu, saya bisa mengenal beliau lebih dekat, terutama sejak keponakan saya (Dzohir Farisi) menikah dengan Yenny Wahid," katanya.

Sementara KH Moh. Hasan Mutawakkil Alallah mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan sebuah acara sangat sakral yang penuh dengan syariat dan barokah. "Gus Dur merupakan tokoh ulama besar baik pada waktu masih hidup maupun ketika sudah wafat," jelasnya.

Menurutnya, dalam menghadapi keberagaman masyarakat, cucu dari pendiri NU KH. Hasyim Asy'ari selalu menghadapinya dengan kasih sayang. Sehingga tidak heran jika kemudian Gus Dur dijuluki sebagai guru bangsa dan tokoh pluralisme.

"Gus Dur itu selalu mengajarkan bagaimana pola kerjasama dengan selalu memberikan nasihat. Dia merupakan tokoh ulama yang mendapatkan rahmat dari Allah SWT. Karena rahmat itulah, sehingga kalau diajak bicara selalu tersenyum. Beliau itu sangat disegani dan bukan ditakuti," jelasnya.

Lebih lanjut ketua PWNU menjelaskan, ilmu yang dimiliki Gus Dur itu tingkatannya sudah pada ilmu hakikat. Kalau mempunyai keinginan, yang penting dalam dirinya ada keyakinan bahwa Allah SWT itu ridho.

"Kalau kita ini hanya memiliki ilmu pikir dan dengar saja, bukan ilmu yakin. Buktinya sudah tahu haram tetapi masih tetap dilakukan. Ilmu kita hanya sebatas dimengerti belum pada tahapan merasa, mengamalkan dan istiqomah. Sebab itu sangat sulit sekali dilakukan," terangnya.

Dikatakan KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, meskipun sudah wafat Gus Dur masih dihormati dan disegani. Makamnya tidak pernah sepi dari peziarah yang sudah menyejajarkannya dengan Wali Songo.

"Warga NU patut bangga dengan Gus Dur. Kalau bicara NU tidak bisa dipisahkan dengan Gus Dur. Kita harus selalu menghormatinya sebagai guru besar NU dengan cara selalu tawadhu kepadanya. Inilah yang selalu dipakai oleh Ahlussunnah Wal Jamaah," tukasnya.

Dalam kesempatan itu, juga dibagikan terjemahan Kitab Akhlaq, kitab yang pernah dibaca Gus Dur saat belajar di Maroko. "Buku terjemahannya saya cetak 1.000 eksemplar dan saya berikan kepada anak yatim piatu. Bagi yang mau beli, silahkan beli kepada anak yatim piatu tersebut. Hasil penjualannya bisa digunakan oleh anak yatim itu," kata Hasan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com