JAKARTA, KOMPAS.com - Delapan terduga teroris yang ditangkap di Solo, Jawa Tengah, Jumat-Sabtu (21-22/9/2012) ini, diketahui telah merencanakan aksi teror sejak Juni 2012. Hal ini setidaknya terungkap ketika Densus 88 menemukan bom serta sejumlah bahan peledak di tempat mereka tinggal.
"Perencanaan ini meliputi perakitan bom, perekrutan pelaku bom bunuh diri, dan belanja bahan peledak," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jendral (Pol) Boy Rafli Amar di Gedung Bhayangkari Mabes Polri, Jakarta, Sabtu (22/9/2012).
Boy menambahkan, Polri masih bekerja menemukan lokasi atau orang-orang lain yang memiliki keterkaitan dengan delapan terduga teroris tersebut. Dia memaparkan, selama empat bulan tersebut, kelompok Thorik dan Wahyu bersama delapan terduga teroris yang ditangkap di Solo ini merencanakan aksi dan target teror yang mungkin dilakukan.
"Untuk yang ini (8 terduga teroris) tentu akan kita dalami lebih jauh lagi. Kita akan melihat perkembangan lebih jauh dari proses pemeriksaan mereka. Sangat diharapkan akan banyak lagi yang ditangkap sebagai upaya pencegahan aksi teror," tambahnya.
Sepanjang Agustus-September, kepolisian telah menggeledah, menangkap, serta menembak mati terduga teroris di Jakarta, Bandung, Bojong, Depok, dan Solo. Direktur Eksekutif Yayasan Prasasi Perdamaian Noor Huda Ismail mencatat, setidaknya 600 tersangka teroris telah ditangkap aparat dan mereka ini telah diproses secara hukum dengan terbuka.
Di Solo, polisi menembak mati Farhan dan Mukhsin,pada 31 Agustus 2012. Keduanya diduga bagian dari kelompok jaringan teroris besar dan berbahaya. Kelompok ini terbentuk dari jaringan kelompok pelaku bom bunuh diri di Masjid Ad-Dzikro, Cirebon, dan Gereja Bethel Injil Sepenuh, Solo. Polisi juga menangkap satu terduga teroris, Bayu, di Desa Bulurejo, Gondangrejo, Karanganyar.
Terkait insiden ledakan di Depok, polisi telah menahan Yusuf Rizaldi. Yusuf menyerahkan diri ke Polsek Pangkalan Susu, Langkat, Sumatera Utara, Rabu (12/9/2012). Insiden ini juga menyebabkan Wahyu Ristanto alias Anwar, yang disebut mahir merakit bom, tewas akibat luka bakar.
Di Tambora, Jakarta, polisi menemukan bahan peledak pada Rabu (5/9/2012). Polisi memastikan, Muhamad Thariq (32), penghuni rumah tersebut, adalah pelaku teror. Terkait kepemilikan bahan peledak itu, polisi juga telah menangkap Arif pada Senin (10/9/2012). Arif diduga memiliki kedekatan dengan Thorik dan terduga teroris lainnya di Beji, Depok.
Di Bojong, polisi menemukan bahan peledak yang serupa dengan bahan-bahan yang ditemukan di Tambora pada Senin, (10/9/2012).
Berita terkait aksi teror dapat diikuti dalam topik "Teroris Solo II". Baca pula "Teroris Solo", "Ledakan di Depok", dan "Bahan Peledak di Tambora", dan "Bahan Peledak di Bojong"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.