Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Relokasi Tidak Tepat untuk Korban Kekerasan

Kompas.com - 10/09/2012, 23:35 WIB
Ilham Khoiri

Penulis

SAMPANG, KOMPAS.com — Ide merelokasi kelompok Syiah korban kekerasan di Sampang, Madura, Jawa Timur, bukanlah gagasan yang tepat. Mereka berhak untuk kembali ke kampung halamannya, tempat mereka lahir, besar, menggantungkan hidup, dan kaitan lain.

Pendapat itu disampaikan Ketua Majelis Ulama Indonesia Bidang Hubungan Antaragama (Ketua MUI Bidang Hubungan Antaragama) Slamet Effendy Yusuf, Senin (10/9) di Jakarta. "Gagasan relokasi itu tidak tepat," katanya.

Terlebih lagi, konstitusi menjamin, warga negara berhak untuk memilih tempat tinggal dan menjalankan keyakinan keagamaannya. Hingga kini ada sekitar 240 pengungsi dari kelompok Syiah di GOR Sampang.

Mereka adalah korban penyerangan massa di Kampung Nangkernang, Desa Karanggayam, Kecamatan Omben, Sampang, Madura, akhir Agustus lalu. Slamet Effendy Yusuf mengungkapkan, seseorang memilih tinggal di suatu tempat karena tempat itu merupakan tanah kelahiran, besar, kehidupan, dan segala kaitan lain.

Banyak orang yang sangat terikat dengan satu tempat tertentu, termasuk kelompok Syiah di Kampung Nangkernang, Desa Karanggayam, Kecamatan Omben, Sampang. Mereka sulit dipaksa untuk hidup di tempat lain. Jalan keluar yang semestinya diupayakan adalah bagaimana mengembalikan mereka ke kampung halaman dengan jaminan keamanan.

"Pemerintah perlu membangun dialog terus-menerus antara kelompok Sunniy-Syiah agar mereka dapat hidup bersama dan saling menghargai," katanya.

Untuk itu, lanjut Slamet Effendy Yusuf, diperlukan upaya mempertemukan hal-hal yang sama di antara kedua kelompok itu. Tiap-tiap pimpinan hendaknya menahan diri untuk tidak melakukan langkah provokatif dan mempertimbangkan situasi agar tak menimbulkan kesalahpahaman.

Harus ada proses pendinginan dari kekerasan, dan pemerintah mencari penyelesaian yang permanen serta mencegah secara dini dan tegas terhadap gejala kekerasan.

"Warga Sunniy di Sampang harus selalu ingat bahwa Ahlussunnah mengajarkan untuk bersikap moderat, toleran, adil, dan seimbang dalam memahami perbedaan. Sikap intoleran, apalagi merusak dan kekerasan, tak sesuai dengan semangat Sunniy," katanya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

    Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

    Nasional
    Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

    Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

    Nasional
    Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

    Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

    Nasional
    Serba-Serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

    Serba-Serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

    Nasional
    Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

    Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

    Nasional
    Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

    Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

    Nasional
    Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

    Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

    Nasional
    Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

    Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

    Nasional
    Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

    Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

    [POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

    Nasional
    Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

    Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

    Nasional
    Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

    Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

    Nasional
    Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

    Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

    Nasional
    Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

    Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com