Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei: Parpol Berpengaruh Masih Didominasi Muka Lama

Kompas.com - 30/08/2012, 16:53 WIB
Aditya Revianur

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Hasil Survei Charta Politika mencatat tiga partai politik besar, yakni Golkar, Demokrat dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) masih mendominasi jajaran atas parpol berpengaruh. Di luar tiga partai politik besar tersebut, Gerindra dan Nasdem berpotensi menjadi kuda hitam.

"Berdasarkan survei, Golkar masih menduduki peringkat teratas, kemudian disusul Demokrat dan PDIP. Namun, patut dicermati bahwa Gerindra dan Nasdem berpeluang menjadi kuda hitam. Perubahan masih mungkin terjadi. Hal yang patut dicermati adalah PDIP memiliki tingkat loyalitas pemilih yang lebih tinggi dari partai lainnya, Hanura juga demikian," ujar Direktur Riset Charta Politika Yunarto Wijaya.

Hal itu dikatakannya saat menyampaikan hasil survei Nasional 2012 'Stagnasi Perilaku Pemilih: Fenomena Parpol Mati Suri' di Jakarta, Kamis (30/8/2012).

Yunarto mengungkapkan, Partai Golkar banyak didukung oleh petani dan nelayan, di samping kalangan birokrat. Sementara basis suara Partai Demokrat didominasi oleh kalangan intelektual atau profesional.

Sedangkan PDIP banyak didukung oleh kalangan proletariat atau buruh. Gerindra dan Nasdem banyak didukung oleh kalangan pegawai swasta.

Dia melanjutkan, Golkar memiliki pendukung kuat di wilayah Indonesia bagian timur. Sementara di Pulau Jawa dukungan terbelah, dengan menempatkan Golkar di posisi pertama kemudian disusul PDI Perjuangan dan Partai Demokrat.

Di wilayah Sumatera, dukungan turut terbelah dengan dukungan ada di Golkar dan Partai Demokrat. Wilayah Bali dan Nusa Tenggara, lanjutnya, diperebutkan oleh Golkar dan PDIP.

"Faktor personal branding lebih mempengaruhi daripada institutional branding dalam mempengaruhi pilihan masyarakat. Juga dari temuan survei, ada stagnasi pemilih. Di papan atas (parpol berpengaruh) tidak ada perubahan dan tidak munculnya captive market dan jaringan baru pemilih. Oleh karena itu, keadaan pemilih sekarang tidak jauh berbeda dengan masa Orde Baru dulu," terangnya.

Sementara itu, Sekjen Partai Golkar Idrus Marham berpendapat, jaringan pemilih Golkar diakuinya telah kuat sehingga banyak pemilih yang condong ke partai pohon beringin kuning tersebut. Hal tersebut, kata dia, disebabkan Partai Golkar sebagai parpol yang telah lama malang melintang di dunia perpolitikan tanah air telah memiliki basis massa yang kuat terutama di kalangan petani, nelayan dan birokrat.

"Partai Golkar tetap menduduki nomor satu tidak dapat dipungkiri lagi karena jaringan pemilih kami sudah kuat. Sehingga dapat dikatakan kami memiliki pemilih yang loyal dan hal itu tidak dapat ditampik. Terbukti kan hasil survei beberapa lembaga kalau Golkar di posisi teratas," ujar Marham.

Pada kesempatan yang lain, Wasekjen Partai Demokrat Saan Mustopha mengungkapkan bahwa Partai Demokrat dipilih oleh kalangan yang terbukti kredibel dalam memilih. Jika mengacu pada hasil survei, Partai Demokrat memiliki basis massa pemilih yang kuat dari kalangan profesional yaitu para intelektual.

Dia menuding bahwa pemilih Golkar merupakan sisa-sisa dari pemilih masa Orde Baru. Sementara, dia berbesar hati bahwa pemilih Partai Demokrat adalah dari generasi baru dan hal tersebut diakuinya menjadi nilai plus dari partai Demokrat.

"Yang memilih partai Demokrat itu kan dari kalangan intelektual, profesional. Jadi Partai Demokrat ini banyak didukung oleh para generasi muda," terangnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudirman Said Sebut Pertemuan JK dan Megawati Kemungkinan Terjadi Setelah Putusan MK

Sudirman Said Sebut Pertemuan JK dan Megawati Kemungkinan Terjadi Setelah Putusan MK

Nasional
Kaesang Ingin Pileg 2029 Proporsional Tertutup, Kaesang: Pilih Partai, Bukan Caleg

Kaesang Ingin Pileg 2029 Proporsional Tertutup, Kaesang: Pilih Partai, Bukan Caleg

Nasional
KSAU Temui KSAL, Bahas Peningkatan Interoperabilitas dan Penyamaan Prosedur Komunikasi KRI-Pesud

KSAU Temui KSAL, Bahas Peningkatan Interoperabilitas dan Penyamaan Prosedur Komunikasi KRI-Pesud

Nasional
Pengamat Heran 'Amicus Curiae' Megawati Dianggap Konflik Kepentingan, Singgung Kasus Anwar Usman

Pengamat Heran "Amicus Curiae" Megawati Dianggap Konflik Kepentingan, Singgung Kasus Anwar Usman

Nasional
Sudirman Said Berharap Anies dan Prabowo Bisa Bertemu

Sudirman Said Berharap Anies dan Prabowo Bisa Bertemu

Nasional
Marak 'Amicus Curiae', Pakar: Jadi Pertimbangan Hakim MK untuk Gali Rasa Keadilan dalam Masyarakat

Marak "Amicus Curiae", Pakar: Jadi Pertimbangan Hakim MK untuk Gali Rasa Keadilan dalam Masyarakat

Nasional
Menpan-RB Setujui 40.839 Formasi CASN Kemensos demi Kuatkan Layanan Sosial Nasional

Menpan-RB Setujui 40.839 Formasi CASN Kemensos demi Kuatkan Layanan Sosial Nasional

Nasional
Prabowo Disebut Sudah Minta AHY Berikan Nama Kader Demokrat untuk Masuk Kabinet Mendatang

Prabowo Disebut Sudah Minta AHY Berikan Nama Kader Demokrat untuk Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Pangkoarmada I Akan Buat Kajian agar Kapal Patroli yang Dibeli dari Italia Ditempatkan di Wilayahnya

Pangkoarmada I Akan Buat Kajian agar Kapal Patroli yang Dibeli dari Italia Ditempatkan di Wilayahnya

Nasional
Pakar: 'Amicus Curiae' untuk Sengketa Pilpres Fenomena Baru

Pakar: "Amicus Curiae" untuk Sengketa Pilpres Fenomena Baru

Nasional
Densus 88 Polri Kembali Tangkap 1 Teroris Jaringan JI di Sulteng, Totalnya Jadi 8

Densus 88 Polri Kembali Tangkap 1 Teroris Jaringan JI di Sulteng, Totalnya Jadi 8

Nasional
Yusril Tertawa Ceritakan Saksi Ganjar-Mahfud Bawa Beras 5 Kg untuk Buktikan Politisasi Bansos

Yusril Tertawa Ceritakan Saksi Ganjar-Mahfud Bawa Beras 5 Kg untuk Buktikan Politisasi Bansos

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Karangan Bunga Bernada Sindiran Muncul di MK

Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Karangan Bunga Bernada Sindiran Muncul di MK

Nasional
Yusril Akui Sebut Putusan 90 Problematik dan Cacat Hukum, tapi Pencalonan Gibran Tetap Sah

Yusril Akui Sebut Putusan 90 Problematik dan Cacat Hukum, tapi Pencalonan Gibran Tetap Sah

Nasional
Bukan Peserta Pilpres, Megawati Dinilai Berhak Kirim 'Amicus Curiae' ke MK

Bukan Peserta Pilpres, Megawati Dinilai Berhak Kirim "Amicus Curiae" ke MK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com