Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi: Jangan Perkeruh Kasus Pemukulan di Jelambar

Kompas.com - 10/08/2012, 19:37 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto meminta semua pihak tidak berusaha memperkeruh suasana dengan isu-isu SARA yang sengaja dihembuskan. Hal ini menyusul kabar pengeroyokan santri di Pondok Pesantren Riyadul Mu'minin, Jakarta Barat.

"Kami imbau siapa pun, terkait Pilkada atau tidak dan masyarakat umumnya, jangan memancing di air keruh terhadap masalah pengeroyokan yang ada," ungkap Rikwanto di Mapolda Metro Jaya, Jumat (10/8/2012).

Dia menegaskan bahwa peristiwa itu sama tidak terkait persoalan SARA atau pun juga dengan masalah Pilkada. Rikwanto menekankan pertikaian terjadi karena konflik warga biasa, bukan karena latar belakang relawan calon gubernur tertentu. Rikwanto berharap agar peristiwa pidana murni itu tidak dimanfaatkan kelompok-kelompok tertentu.

"Kalau ada pihak yang memanfaatkan momen ini dan menghubungkannya dengan Pilkada, faktanyaa tidak sampai ke situ. Ini sengketa kecil, murni pidana," katanya.

Sebelumnya, Yusuf (31) yang menjadi korban pemukulan pun sudah mengklarifikasi bahwa pemukulan tidak terkait SARA. Yusuf menyebut penyerangan itu berawal karena dia menegur bocah 6 tahun, Nelson, yang bermain-main di tangga Pesantren Riyadul Mu'minin, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada Rabu (8/8/2012) sore, saat santri sedang mengaji.

Yusuf mencoba menegur, tetapi anak tersebut mengeluarkan kata-kata kasar dan tidak sopan sehingga Yusuf emosi. Karena emosi, ia menampar anak tersebut. Setelah ditampar Yusuf, Nelson menangis dan mengadu kepada ibunya, Reni.

Melihat anaknya ditampar, Reni mengadu kepada adiknya, Ronald. Bersama dua orang temannya, Ronald mendatangi pesantren dan langsung menerobos kamar Yusuf. Ia meluncurkan pukulannya ke wajah Yusuf berkali-kali hingga korban tak sadarkan diri.

Yusuf mengaku, dirinya tak ada hubungan sama sekali dengan Pilkada, Foke-Nara, maupun Jokowi-Ahok. Kasus ini murni perselisihan biasa antarwarga.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com