Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Siap Usut Penyebar Isu SARA dan Penganiayaan Santri

Kompas.com - 10/08/2012, 19:23 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepolisian Daerah Metro Jaya akan mengusut penyebar isu bermuatan suku, agama, ras, dan antargolongan dalam kasus pengeroyokan seorang santri di Jelambar, Jakarta Barat. Pengusutan akan dilakukan jika sudah dianggap meresahkan warga.

"Kalau membuat isu menyesatkan dan bernada SARA akan bisa diusut jika sudah meresahkan warga," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto, Jumat (10/8/2012) di Mapolda Metro Jaya.

Rikwanto menjelaskan bahwa peristiwa pengeroyokan santi di Jelambar adalah sebuah kasus pidana murni yang melibatkan konflik antarwarga. Hal itu sama sekali tidak terkait penyelenggaraan putaran kedua pemilihan kepala daerah DKI Jakarta.

"Saya temui langsung, sharing, ini kasus sama sekali enggak ada kaitannya dengan Pilkada baik secara langsung atau tidak. Infonya bagaimana bisa jadi tersebar seperti ini?" kata Rikwanto.

Setelah mendengar adanya isu SARA dan pilkada yang dikaitkan dalam peristiwa pengeroyokan santri itu, Rikwanto mengatakan pihaknya langsung membuat jumpa pers pada Jumat dini hari. Hal ini ditujukan agar tidak terjadi kesimpangsiuran informasi di masyarakat yang bisa memicu potensi konflik yang lebih besar.

"Tolong jangan membuat isu tidak mengenakkan seperti ini. Kasian masyarakat kita sedang puasa dan mau Idul Fitri. Marilah kita jaga kedamaian dan ketertiban, serta beraktivitas dengan baik apalagi menimbulkan isu SARA," ujar Rikwanto.

Kabar mengenai pemukulan terhadap Yusuf (31), santri Pondok Pesantren Riyadul Mu'minin, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, itu tersebar melalui pesan berantai pada Kamis (9/8/2012). Dalam pesan itu disebutkan bahwa Yusuf menjadi korban pemukulan yang dilakukan oleh simpatisan Jokowi-Ahok dari etnis tertentu. Pesan itu juga memuat nomor telepon saksi atas kejadian tersebut.

Namun, hal itu justru dibantah oleh korban sendiri. "Kata siapa saya timses Foke-Nara? Saya memang mendukung Foke di Pilkada, tetapi saya bukan timses mereka. Setahu saya yang menyerang juga bukan orang Jokowi," kata Yusuf di Jakarta, Jumat siang.

Yusuf mengatakan, insiden itu terjadi ketika sedang ada pengajian di Pondok Pesantren Riyadul Mu'minin, Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Saat itu seorang anak bernama Nelson (6) naik turun tangga pesantren dan mengeluarkan suara keras. Yusuf mencoba menegurnya, tetapi anak tersebut mengeluarkan kata-kata kasar dan tidak sopan sehingga Yusuf emosi. Karena emosi, ia menampar anak tersebut pada Rabu (8/8/2012) sore.

Setelah ditampar Yusuf, Nelson menangis dan mengadu kepada ibunya, Reni. Melihat anaknya ditampar, Reni mengadu kepada adiknya, Ronald. Bersama dua orang temannya, Ronald mendatangi pesantren dan langsung menerobos kamar Yusuf. Ia melayangkan pukulannya ke wajah Yusuf berkali-kali hingga korban tak sadarkan diri.

Yusuf mengaku, peristiwa itu sama sekali tak berhubungan dengan pilkada, Foke-Nara, maupun Jokowi-Ahok. Kasus ini murni perselisihan biasa antarwarga. Saat ini Yusuf sudah melaporkan tindakan kekerasan yang dilakukan Ronald dan kawan-kawannya ke Polsektro Tanjung Duren, Jakarta Barat. Dalam tahap mediasi, kedua belah pihak sudah mau berdamai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com