JAKARTA, KOMPAS.com - Publik menghargai kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di bawah pimpinan Abraham Samad, yang getol mengungkap sejumlah kasus korupsi belakangan ini. Namun, agar semua kasus yang ditangani itu dapat dituntaskan, semua unsur dalam komisi itu diminta lebih solid lagi.
"Kinerja KPK belakangan ini lebih efektif, bahkan terkadang lebih cepat dari perkiraan. Contohnya, penanganan kasus suap Bupati Buol, Sulawesi Tengah, yang cukup cepat," kata peneliti Pusat Kajian Antikorupsi (Pukat) Universitas Gadjah Mada (UGM) Oce Madril, saat dihubungi dari Jakarta, Rabu (8/8/2012).
Oce Madril menilai, KPK di bawah pimpinan Abraham Samad cukup memenuhi harapan publik, dengan memproses kasus korupsi di berbagai lini.
Sebut saja, antara lain, dugaan korupsi proyek Wisma Atlet SEA Games, pembangunan sarana olahraga di Hambalang, PON di Riau, Badan Anggaran DPR, pengadaan Al Quran di Kemenag, simulator SIM Polri, cek pelawat dalam pemilihan Deputi Gubernur Bank Indonesia, dan suap Bupati Buol. Komisi itu juga berjanji untuk membongkar kasus bailout Bank Century.
KPK menampilkan terobosan dalam membongkar kasus suap, dengan menjerat penerima dan pemberi suap secara hampir bersamaan. Itu terlihat dari kasus penangkapan dan penetapan Bupati Buol, Amran Batalipu, sebagai tersangka penerima suap. Tak lama kemudian, Hartati Murdaya Poo juga dijadikan tersangka.
"Dulu, proses hukumnya menjerat penerima suap, baru kemudian pemberi suap. Jaraknya bisa lama, seperti kasus cek pelawat dalam pemilihan Deputi Gubernur Bank Indonesia," kata Oce Madril.
Oce Madril mengingatkan, kasus yang ditangani KPK saat ini cukup banyak, sementara publik menuntut agar berbagai kasus itu dibongkar sampai tuntas. Padahal, dukungan untuk komisi ini masih terbatas, seperti jumlah penyidik, staf, jaringan, dan fasilitas lain.
"Untuk bisa menangani semua kasus itu, maka pimpinan, penyidik, penuntut, staf, dan seluruh jaringan KPK harus solid. Jika tidak satu suara, proses hukum bisa terhambat, bahkan bocor," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.