INDRALAYA, KOMPAS -
Bentrokan dengan warga di kawasan PTPN VII Cinta Manis itu terjadi sejak Selasa (Kompas, 17/7). Tiga blok mes pekerja di Rayon III, yang berdekatan dengan pos komando warga Desa Seribandung, Rabu, terbakar habis. Mes kosong ditinggalkan pekerja. Ratusan hektar kebun tebu terlihat masih terbakar.
Pabrik Gula (PG) Cinta Manis yang dikelola PTPN VII, pun berhenti beroperasi. Di perumahan dan mes PTPN VII terlihat kepanikan pekerja dan keluarga mereka yang bersiap untuk mengungsi. Mereka mengangkuti barang dan meninggalkan kawasan PTPN VII Cinta Manis.
”Kami sekeluarga mengungsi Rabu ini karena massa masuk ke perumahan,” kata seorang mandor besar PTPN VII Cinta Manis, Darsono (47). Di sekitar perkebunan tebu, massa berkumpul di posko yang didirikan sejak Juni lalu. Ribuan warga dari 23 desa yang tergabung dalam Gerakan Petani Penesak Bersatu (GPPB) menuntut lahan PTPN VII itu dikembalikan sejak Juni lalu.
Pendamping GPPB, Sopuan, menilai, gerakan penuntutan lahan itu tak terkendali lagi. ”Kami tak pernah melakukan kekerasan, tetapi pecah juga. Kami sulit memantau siapa yang melakukan aksi itu,” katanya. Warga menduga ada provokator dari luar.
Di Palembang, Selasa malam, Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum PTPN VII Budi Santoso meminta polisi menindak pelaku pelanggaran hukum dalam aksi itu. PTPN VII juga akan tetap mempertahankan lahan sebagai aset negara.
Dari Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, dilaporkan, hingga Rabu malam, ratusan warga dari beberapa desa di Kecamatan Balaesang Tanjung masih bersembunyi di hutan menyusul terjadinya bentrokan dengan aparat Polri pada Rabu pagi. Bentrokan itu dipicu aksi penolakan warga terhadap rencana eksploitasi tambang emas di kawasan itu yang mencakup ladang dan kebun milik warga.
Menurut Andika dari Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Sulteng, lima warga Balaesang Tanjung dilaporkan terluka tembak dalam bentrokan itu. Mereka adalah Masdudin (50), Aksan (45), Idin (35), Rusli (38), dan Ma’ruf (32). Korban dirawat di Rumah Sakit Madani, Kota Palu.
Namun, Kepala Polda Sulawesi Tengah Brigadir Jenderal (Pol) Dewa Parsana mengatakan belum ada laporan terkait warga yang terluka tembak dalam bentrokan itu. ”Saya akan telusuri. Kalau benar, saya akan mengambil langkah penanganan,” katanya.
Bentrokan terjadi saat polisi memasuki rumah warga di Desa Malei. Polisi akan menangkap warga yang diduga merusak rumah warga yang dianggap sebagai pendukung pertambangan emas di kawasan itu.