Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keterbukaan Mendorong Toleransi

Kompas.com - 18/07/2012, 02:21 WIB

Jakarta, Kompas - Masyarakat beragama di Indonesia diharapkan lebih terbuka memahami ajaran sendiri dan agama umat lain. Keterbukaan ini akan mendorong sikap toleran dan penghargaan atas perbedaan pandangan di antara umat dengan berbagai keyakinan.

Gagasan itu mengemuka dalam diskusi buku ”The Mystery of Historical Jesus: Sang Mesias Menurut Al Quran, Alkitab, dan Sumber-sumber Sejarah” karya penulis Inggris kelahiran Irak, Louay Fatoohi, di Universitas Paramadina, Jakarta, Selasa (17/7). Hadir sebagai pembicara Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Komaruddin Hidayat, Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Yunahar Ilyas, dan pengajar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Romo A Sunarko. Acara yang dipandu Aan Rukmana itu juga dihadiri Deputi Rektor Paramadina Wijayanto.

Buku itu menceritakan sosok Isa Almasih atau Yesus Kristus dalam pandangan Islam, Kristiani, dan sejarah. Berbagai perdebatan dalam fase hidup Isa atau Yesus menyajikan banyak perbandingan pandangan karena dikaji dengan beberapa pendekatan sekaligus. Saat ini, Fatoohi mengajar di Universitas Durham, Inggris.

Menurut Komaruddin, ada banyak lapisan dalam memahami agama, terutama terkait sosok seperti nabi atau tokoh penting. Harus dibedakan sosok tersebut dalam pendekatan keimanan dan sejarah. Dalam keimanan, sosok itu diyakini sebagai kebenaran, sementara dalam sejarah perlu kajian dan pembuktian terkait pencarian fakta yang benar.

”Ada jarak antara data sejarah dan iman yang kadang tidak sejalan. Ini perlu disikapi lebih terbuka. Umat beragama jangan terjebak dalam simbol-simbol permukaan, melainkan perlu memperdalam pemahaman,” kata Komaruddin.

Sunarko mengungkapkan, ada berbagai pendekatan dalam memahami sejarah tokoh dan teks Kitab Suci dalam agama. Ada pendekatan sejarah, keimanan, hukum, dan pendekatan lain. Umat beragama diharapkan lebih terbuka dengan berbagai pendekatan itu sehingga lebih mudah memahami kemungkinan perbedaan pandangan.

Yunahar Ilyas menjelaskan, pendekatan sejarah hanya mampu mengkaji hal-hal faktual dalam agama. Untuk masalah-masalah gaib, sulit dibuktikan sejarah. Di sinilah diperlukan keyakinan.

Wijayanto mengajak umat beragama di Indonesia untuk mendengar ajaran agama lain secara langsung dari sumbernya, yaitu penganut agama itu. Pendekatan ini menghindarkan pemahaman sepotong-potong atau bahkan menyimpang. (IAM)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com