Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahanan Korupsi Memang Berbeda...

Kompas.com - 17/07/2012, 09:23 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — "Selalu begitu, orang yang punya banyak uang, pasti diistimewakan," demikian ungkapan Arswendo Atmowiloto, budayawan yang pernah mencicipi pahitnya kehidupan di balik terali besi.

Sejak masa dia ditahan, tahun 1990-an, Arswendo melihat tahanan kasus korupsi memang diperlakukan berbeda. Mereka terlihat lebih "sejahtera" dibanding tahanan lainnya. Pakaian mereka bagus-bagus. Sepatu yang mereka kenakan lebih dari satu. Soal makanan? Hmm... Jangan ditanya. Para tahanan kasus korupsi, katanya, selalu mendapat makanan yang enak-enak.

"Makan bisa pesan dari restoran-restoran yang baru dibuka, kalau musim durian, dapat durian yang paling bagus, dapat anggur berpeti-peti," tutur Arswendo saat dihubungi Kompas.com, Selasa (17/7/2012).

Sementara tahanan lain, kata Arswendo, bisa makan mi satu bungkus saja sudah senang bukan kepalang. Kemewahan yang didapat koruptor dalam tahanan tersebut seolah menjadi suatu hal yang wajar. "Toh mereka punya uang," ujar Arswendo.

Semua tergantung uangnya. Selama punya uang, mereka bisa mendapat fasilitas istimewa. Bisa dikunjungi kapan saja, bisa memesan makanan apa saja, dan bisa berobat keluar masuk tahanan kapan saja.

Tengok saja kasus terungkapnya sel mewah terpidana suap BLBI, Artalyta Suryani. Beberapa waktu lalu, publik dihebohkan dengan terungkapnya sel mewah Artalyta alias Ayin di Rumah Tahanan Pondok Bambu, Jakarta. Di ruangan sel Ayin seukuran 3,5 meter x 6 meter itu terdapat televisi layar datar 21 inci, pendingin ruangan, tempat tidur spring bed dobel, alat kebugaran, serta meja rias. Kamar mandinya juga terbilang mewah dengan toilet duduk dan terletak di dalam kamar.

Sementara tahanan lain harus berdesak-desakan dalam sel yang tidak bertelevisi, berkipas angin, apalagi dilengkapi pendingin ruangan.

Meskipun tidak seheboh sel mewah Ayin, keleluasaan juga terlihat di Rumah Tahanan Jakarta Timur Cabang Komisi Pemberantasan Korupsi. Tahanan KPK, Angelina Sondakh, tertangkap kamera Metro TV tengah dikunjungi putranya, Keanu. Bersama pengasuhnya, Keanu terlihat masuk ke ruangan 3,1 meter x 3,5 meter yang dihuni Angelina di Rutan KPK. Angelina pun langsung memeluk dan menggendong putranya.

Tidak lama kemudian, tampak tahanan lainnya, Miranda S Goeltom, keluar ruangannya lalu berbaur dengan Angelina dan ikut memeluk Keanu di ruangan Angie. Pemandangan yang agak janggal untuk ukuran suasana di rumah tahanan. Angelina dan Miranda pun tidak terlihat seperti tahanan biasa. Penampilan mereka tetap modis meskipun berada dalam tahanan. Miranda misalnya, mengenakan setelah atasan dan rok putih yang tampak modis dengan tatanan rambutnya yang tertata baik.

"Tahanan korupsi itu selama ini memang tidak terlihat seperti sedang dalam proses hukum," kata anggota Badan Pekerja Indonesia Corruption Watch (ICW), Emerson Yuntho. Mereka mengenakan baju mahal, jam tangan mewah, atau tas bermerek selama pemeriksaan KPK. Seolah kedudukan mereka lebih baik dari maling ayam, padahal perbuatan melawan hukum yang mereka lakukan merugikan negara dan merupakan musuh masyarakat.

Untuk itulah, menurut Emerson, tahanan korupsi seharusnya mendapat perlakuan berbeda yang lebih merendahkan derajatnya. Penggunaan baju tahanan khusus korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, katanya, menjadi suatu upaya menimbulkan efek jera untuk para koruptor.

Seperti diberitakan sebelumnya, KPK sudah mulai menerapkan pemakaian baju tahanan kepada tahanan mereka. Baju tahanan bertuliskan "Tahanan KPK" itu dikenakan pertama kali ke Bupati Buol, Amran Batalipu, yang menjadi tersangka kasus dugaan suap di Buol.

Senin (16/7/2012) kemarin, tersangka Neneng Sri Wahyuni dan Rustam S Pakaya juga terlihat mengenakan baju tahanan saat diperiksa penyidik KPK. Emerson menilai, seharusnya pemakaian baju tahanan tidak hanya dilakukan dalam proses pemeriksaan, tetapi juga saat tersangka korupsi menjalani persidangan.

KPK diminta bekerja sama dengan Mahkamah Agung untuk menerapkan aturan tersebut. "Pemakaiannya tidak hanya di tahanan, tapi juga saat pemeriksaan, di persidangan, sehingga baju dia ya itu saja. Dalam tahanan juga harus pakai baju tahanan KPK," ujarnya.

Selain itu, katanya, harus dibuat aturan ketat yang berlaku bagi tahanan kasus korupsi. "Misalnya jam besuk, kalau bukan jam besuk, harus ditolak, tidak boleh gunakan alat elektronik, ponsel, dan dibatasi menonton televisi," kata Emerson.

"Jangan sampai KPK melakukan kesalahan seperti Rutan Pondok Bambu," tambah Emerson.

Hal lain yang lebih penting, katanya, harus ada upaya memiskinkan para terpidana korupsi. Perlu penyitaan aset para pelaku tindak pidana korupsi sehingga mereka jera dan tidak lagi bisa bermewah-mewah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Selain Nasdem, PKB Juga Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Selain Nasdem, PKB Juga Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

Nasional
Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

Nasional
Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya 'Copy Paste', Harus Bisa Berinovasi

Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya "Copy Paste", Harus Bisa Berinovasi

Nasional
Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Nasional
Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Nasional
Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Nasional
5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Nasional
Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin 'Gemoy'

PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin "Gemoy"

Nasional
Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Nasional
DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

Nasional
Sinyal 'CLBK' PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Sinyal "CLBK" PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com