JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diminta untuk tidak terlalu terlena dengan pujian yang datang dari luar negeri berkat kemampuan bertahannya menghadapi krisis global.
"Yang paling saya khawatirkan adalah karena Presiden kita mendengar terlalu banyak pujian di luar negeri, saya khawatir dia tidak mau mendengar apa yang dikeluhkan di dalam negerinya sendiri,"kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofyan Wanandi pada diskusi umum bersama jajaran pejabat Bank Dunia di Gedung BPKM, Jakarta, Kamis (12/7/2012).
Sofyan mengatakan, berbagai pertemuan internasional yang dihadiri Presiden SBY beberapa waktu lalu, negara-negara di luar negeri merasa kagum dengan Indonesia yang mampu bertahan dari krisis global.
Mereka, lanjut Sofyan, memuji karena pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2012 menyentuh angka 6,3 persen. Selain itu, kata Sofyan, SBY pun dipuji dengan kemampuan Indonesia meminjamkan 1 miliar dolar AS ke IMF untuk membantu krisis tersebut.
"Saya pun memprediksikan bahwa krisis global ini berlangsung lebih lama dari apa yang diprediksi sebelumnya. Sementara kita juga harus bisa memproteksi pasar domestik. Bagaimana caranya pasar domestik tesebut memberikan nilai saing dengan calon pembelinya," ungkap Sofyan.
Akan tetapi, Sofyan ingin pemerintahan SBY juga mampu mendapat pujian dari dalam negerinya sendiri. Sebagai pengusaha, ia pun merasa, berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah bertentangan dan tidak selaras dengan apa yang dilakukan pengusaha ataupun buruh dalam negeri, seperti menggiatkan pada kekuatan modal, pembangunan infrastruktur daerah, masalah ketenagakerjaan, dan pembatas ekspor tambang.
"Kami harap di dalam penyelenggaraan kebijakan ada konsistensi. Tetapi pada saat yang sama saat menghadapi krisis, kami dari Apindo bekerja dengan sangat keras untuk bertahan. Tapi pada saat yang sama juga, baik pemerintahan SBY maupun DPR tidak mau atau mampu memberikan dukungan yang cukup untuk membantu kerja-kerja kami di dalam negeri," ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.