Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berharap Pilkada Mengubah Nasib Warga Miskin...

Kompas.com - 11/07/2012, 13:27 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Bagi Sumarni (60), hari Rabu (11/7/2012) ini menjadi hari penting dalam hidupnya. Hari ini tidak sekadar hari untuk menentukan calon gubernur DKI Jakarta pilihannya, tetapi juga menjadi hari pengharapan akan masa depan yang lebih baik.

Dengan menumpang ojek, warga RT 09 RW 07, Tugu Selatan, Tanah Merah, Koja, Jakarta Utara, tersebut rela datang pagi-pagi benar ke TPS 56 untuk menggunakan hak pilihnya. Sumarni terpaksa meninggalkan suami tercintanya, Masmin (65), yang tengah sakit sesak napas di rumah, demi menaruh asa pada selembar kertas suara. Sejuta harapan pun dirasakan wanita yang telah memiliki delapan anak tersebut saat memasukkan kertas yang sudah dicoblosnya di balik bilik suara.

"Ini berharga loh, sangat menentukan nasib orang-orang seperti saya," ujarnya kepada Kompas.com seusai melakukan pencoblosan.

Sebelumnya, Sumarni sempat tidak diperbolehkan mencoblos karena tidak memiliki undangan dan kartu pemilih. Padahal, namanya jelas terpampang di Daftar Pemilih Tetap (DPT) dengan nomor urut 185. Meski akhirnya diperbolehkan karena kartu pemilihnya terselip oleh panitia, wanita asal Yogyakarta itu mengaku kecewa atas kerja panitia.

Bagi Sumarni yang bekerja serabutan ini, pesta demokrasi lima tahunan warga DKI kali ini memiliki arti penting. Selain menentukan nasib Kota Jakarta lima tahun ke depan, pilkada kali ini juga dianggap sebagai penentuan nasibnya dan suami. "Makan kita ya tergantung anak nyari botol Aqua, kadang dua hari baru pulang. Saya ya kalau disuruh orang masak, ya masak. Makanya saya niat milih, buat orang-orang kayak saya," ujarnya sambil menitikkan air mata.

Air mata yang jatuh pun diseka dengan sepotong sapu tangan kusam. Ia tak tega melihat salah seorang anaknya ikut menanggung nasib dirinya dan suaminya. Hal itu dikarenakan anaknya menderita sedikit gangguan jiwa pascakecelakaan 12 tahun lalu. Anak-anaknya yang lain pergi merantau entah ke mana. "(Harapannya) yang menang bisa bantu orang-orang kayak saya, siapa pun yang menang, rumah sakit gratis, sekolah gratis," ujarnya.

Sumarni adalah salah satu warga miskin yang bergelut di kerasnya Ibu Kota. Tak ada yang bisa memilih jalan hidup seperti demikian. Menjelang penghitungan di tiap TPS, ia dan warga lain yang senasib dengannya berharap Jakarta lebih bersahabat bagi kaumnya, kaum marginal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com