Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produksi Listrik Jawa-Bali Terganggu

Kompas.com - 30/06/2012, 02:37 WIB

Bandung, Kompas - Pencemaran dan sedimentasi Sungai Citarum di Jawa Barat, selain menimbulkan penderitaan bagi warga di aliran sungai, juga mengganggu produksi listrik di Pusat Listrik Tenaga Air Saguling. Padahal, PLTA Saguling adalah pemasok listrik pada interkoneksi Jawa-Bali yang menerangi lebih dari separuh penduduk negeri ini di Pulau Jawa, Bali, dan Madura.

Demikian antara lain hasil Susur Citarum yang dilakukan Tim PT Indonesia Power (IP) dan sejumlah wartawan, Kamis dan Jumat (29/6). Tahun 2012 PT IP hanya menargetkan pendapatan dari produksi listrik di Waduk Saguling sebesar 2.764 giga watt hour (gWh) atau setara dengan Rp 193 miliar. Produksi listrik dari Saguling juga bergantung pada debit air pasokan Sungai Citarum.

General Manager PT IP Saguling Eri Prabowo menjelaskan, target produksi listrik itu turun dibandingkan pencapaian produksi tahun 2011 sebesar 2.800 gWh. ”Faktor kuantitas, kualitas, dan sedimentasi air di Saguling menjadi penyebab utama penurunan target produksi listrik itu,” ujarnya saat Susur Citarum di Kabupaten Bandung.

Pencemaran dan sedimentasi yang hebat pada sungai terpanjang di Jabar itu sangat mengkhawatirkan karena air yang masuk ke waduk terus menyusut. Setiap harinya sekitar 4,2 kubik per detik pasir dan 10 ton sampah masuk Saguling. Padahal, pengelola Waduk Saguling menghadapi tekanan untuk memproduksi listrik bagi masyarakat. Ini terutama untuk menjamin keterjangkauan harga listrik bagi masyarakat.

”Harga jual listrik dari PLTA sebesar Rp 70 per kilowatt hour (kWh). Harga listrik yang dihasilkan dari diesel Rp 1.800 per kWh,” kata Kepala Bidang Komunikasi Corporate PT IP Luthfi Hani. Namun, menurunnya kualitas air Sungai Citarum menyebabkan daya tahan waduk berkurang hingga 30 persen dari waktu yang direncanakan, yaitu 50 tahun.

”Akibat buruknya kualitas air Citarum, kami harus melakukan perawatan mesin dengan biaya mencapai Rp 1 miliar per tahun,” kata Luthfi. Biaya itu melonjak dua kali lipat, sebab PLTA menghadapi ancaman kerusakan mesin lebih awal dari kemampuan semestinya. Pergantian mesin memakan biaya besar.

Saat tim mengunjungi sejumlah kampung di Desa Sukamaju, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, terlihat aliran air irigasi yang bersumber dari Citarum bercampur limbah pabrik. Kondisi itu sudah lama terjadi. ”Kami lelah mengadu ke mana-mana, namun pencemaran makin menjadi-jadi,” ujar Jajang (50), warga Sukamaju. (dmu)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com