Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nekolim, Korupsi, dan Negara Gagal

Kompas.com - 22/06/2012, 01:56 WIB

Cak, kalau saya maju selangkah lagi memenuhi tuntutan mereka, akan pecah perang saudara. Brawijaya di Jawa Timur sudah mau mengajak saya ke sana. Saya tidak ingin perang saudara, biar saya tenggelam. Saya rela tenggelam asal jangan pecah perang saudara. Nekolim terang-terangan akan masuk, dan kita akan dirobek-robek.”

Penggalan percakapan Bung Karno dengan Roeslan Abdulgani pada awal 1967 di Istana Bogor itu dikirimkan Eva Kusuma Sundari, anggota DPR dari Fraksi PDI-P, Rabu (20/6), satu hari sebelum peringatan 42 tahun wafatnya Bung Karno pada 21 Juni 1970.

Pada Rabu itu, Komisi III DPR menggelar rapat kerja dengan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi. Dalam acara ini, Wakil Ketua Komisi III DPR Tjatur Sapto Edy mengatakan, sejarah menunjukkan Indonesia adalah negara besar. Namun, politisi dari Fraksi Partai Amanat Nasional ini mengingatkan, ada pihak luar yang tak menginginkan Indonesia maju.

KPK dan sejumlah anggota Komisi III juga membicarakan isi dakwaan terhadap Wa Ode Nurhayati, anggota Fraksi PAN, yang menjadi terdakwa kasus dugaan korupsi dalam pencairan Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah. Dalam dakwaan yang dibacakan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada 13 Juni itu, antara lain, disebutkan, Wa Ode mengalirkan uangnya, Rp 2,5 juta, kepada Tasniem Fauzia, putri mantan Ketua MPR Amien Rais.

”Apakah nama-nama yang disebut dalam dakwaan itu sudah dikonfirmasi?” tanya Yahdil Abdi Harahap, anggota Komisi III dari Fraksi PAN.

Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto mengatakan, penyebutan nama-mana dalam dakwaan tersebut sesuai dengan pengakuan Wa Ode. Namun, sejumlah anggota Komisi III tetap berpendapat, sebelum disebut dalam dakwaan, seharusnya dikonfirmasi terlebih dahulu kepada yang bersangkutan.

Menanggapi hal itu, Bambang mengatakan, ”Dalam konteks ini kita memang beda. Perbedaan itu rahmat. Tapi masukan dan pendapat itu kami hargai.”

Perbedaan memang rahmat. Namun, perbedaan dalam upaya pemberantasan korupsi dapat menjadi bencana. Pasalnya, ancaman utama yang dapat menghancurkan bangsa ini sekarang mungkin bukan lagi dari luar atau nekolim, tetapi dari ketidaksungguhan memberantas korupsi yang terjadi di negara ini. Belum lagi masalah seputar perlindungan terhadap perbedaan, terutama yang berbasis agama dan etnis, menjadi salah satu sebab kembali memburuknya posisi Indonesia dalam daftar Indeks Negara Gagal 2012. (M Hernowo)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com