Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waktu Demokrat Hanya sampai September

Kompas.com - 21/06/2012, 18:08 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Demokrat disebut hanya memiliki waktu sampai September 2012 atau satu setengah tahun sebelum Pemilu 2014 untuk memperbaiki keadaan di internal partai. Jika sampai September kisruh tak terselesaikan, maka sulit bagi Demokrat untuk menaikkan elektabilitas partai.

"Kalau sampai September soliditas, konsolidasi internal tidak terjadi, yah 10 persen aja (elektabilitas). Kalau bisa diselesaikan September, Partai Demokrat akan aman," kata Sukardi Rinakit peneliti Soegeng Sarjadi Syndicate di Gedung Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (21/6/2012).

Sukardi memprediksi Partai Demokrat tak akan turun di bawah 10 persen atau menjadi parpol kecil meskipun kisruh tak terselesaikan. Dia juga memperkirakan kenaikan elektabilitas Demokrat hanya sekitar tiga persen dari angka saat ini jika kisruh itu dapat diselesaikan.

Sukardi menambahkan, penurunan elektabilitas Partai Demokrat memang kenyataan, bukan hasil rekayasa dari lembaga survei. Jika ada rekayasa, kata dia, tidak mungkin berbagai lembaga survei sampai menyebut hal yang sama.

Sebelumnya, hasil jajak pendapat Lingkaran Survei Indonesia menempatkan Demokrat di urutan ketiga dengan angka sebesar 11,3 persen. Di atas Demokrat, klaim LSI, yakni Partai Golkar dengan angka 20,9 persen, lalu PDI Perjuangan 14 persen.

Adapun survei Soegeng Sarjadi Syndicate menempatkan Demokrat juga di posisi ketiga dengan tingkat dukungan sebesar 10,7 persen. Di atas Demokrat yakni Partai Golkar sebesar 23 persen, dan PDI-P 19,6 persen.

"Turunnya Partai Demokrat karena ada image yang berubah di masyarakat. Menurut saya, ini menyangkut karakter kita yang mudah lupa, mudah bosan, mudah kasihan. Kita secara kultural tidak suka melihat konflik terus menerus," ucapnya.

Ketua DPP Partai Demokrat Ruhut Sitompul mengatakan, berdasarkan AD/ART partai, tidak ada peluang untuk menggantikan Ketua Umum Demokrat Anas Urbaningrum. Namun, Ruhut berharap agar partai memikirkan terus menurunkan elektabilitas partai. Dalam sebulan terakhir saja, kata dia, elektabilitas Demokrat sudah turun tiga persen.

Apalagi, lanjut anggota Komisi III itu, tidak ada jaminan kalau Anas tidak akan terjerat oleh Komisi Pemberantasan Korupsi nantinya. Ruhut menyinggung baru terjeratnya Miranda S Goeltom terkait perkara suap cek perjalanan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia setelah orang-orang yang terlibat bebas dari penjara.

"Apa jaminan (Anas) tidak jadi Miranda Goeltom? Dalam penyelidikan ke penyidikan itu namanya pengembangan. Pengembangan itu tidak bisa diatur," kata Ruhut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Nasional
Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Nasional
Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Nasional
PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

Nasional
Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Nasional
Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Nasional
Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Nasional
PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

Nasional
Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Nasional
Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Nasional
Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Nasional
KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

Nasional
Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Nasional
Satkar Ulama Dukung Airlangga Jadi Ketum Golkar Lagi, Doakan Menang Aklamasi

Satkar Ulama Dukung Airlangga Jadi Ketum Golkar Lagi, Doakan Menang Aklamasi

Nasional
Gibran Temui Prabowo di Kertanegara Jelang Penetapan Presiden-Wapres Terpilih

Gibran Temui Prabowo di Kertanegara Jelang Penetapan Presiden-Wapres Terpilih

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com