Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anas Terancam

Kompas.com - 15/06/2012, 03:36 WIB

Jakarta, Kompas - Posisi Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum semakin terancam. Meskipun secara resmi masih menjabat sebagai ketua umum, Anas terpinggirkan dari interaksi sesama elite serta pendiri Partai Demokrat.

Hal itu terlihat setelah Anas tak dilibatkan dalam pertemuan dewan pimpinan daerah serta Forum Komunikasi Pendiri dan Deklarator Partai Demokrat (FKPD PD). Jika kemudian dijerat sebagai tersangka dalam sejumlah kasus yang dikait-kaitkan dengan dirinya, maka Anas akan dapat digulingkan.

”Posisi Anas memang sedang di ujung tanduk,” kata pengajar komunikasi politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Gun Gun Heryanto, Kamis (14/6). ”Tak diundangnya Anas dalam pertemuan itu dan pernyataan Yudhoyono membuat posisi Anas saat ini semakin terpojok,” ujar analis politik The Political Literacy Institute, Iding R Hasan, di Jakarta.

Gun Gun menengarai, Anas sengaja dikucilkan. Dewan Pembina dan pendiri sengaja membuat skenario untuk membuat Anas tidak nyaman. Pengucilan dilakukan lantaran Yudhoyono belum mau mengambil kebijakan yang lebih radikal, seperti menyelenggarakan kongres luar biasa untuk menurunkan Anas.

Dalam silaturahim FKPD PD, Rabu malam, Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan kadernya agar lebih baik keluar dari partai jika tak mampu menjalankan politik yang bersih, cerdas, dan santun.

Anggota Dewan Kehormatan Partai Demokrat, Jero Wacik, menyatakan, seruan itu tidak secara khusus ditujukan kepada Anas ataupun Sekretaris Dewan Pembina Partai Demokrat Andi Mallarangeng, tetapi kepada semua kader. ”(Seruan) Itu untuk semua kader. Yang tidak santun, jadilah santun. Yang tidak mau bersih, cerdas, dan santun, silakan keluar dari partai. Jelas sekali Demokrat ingin jadi partai yang baik dan bersih,” kata Jero.

Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Hayono Isman, juga meminta kader partai yang kena kasus hukum untuk mundur. Mereka yang kemungkinan terkena kasus sebaiknya juga mengambil langkah nonaktif hingga ada kejelasan terkait masalah yang melibatkannya.

Bahkan, Ketua Departemen Komunikasi dan Informatika Partai Demokrat Ruhut Sitompul kembali meminta Anas nonaktif agar lebih fokus menyelesaikan persoalannya. Jika kasusnya selesai dan tidak terbukti terlibat, Anas dapat kembali ke posisinya sebagai ketua umum partai.

Namun, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Saan Mustopa menyangkal jika pernyataan Yudhoyono pada Rabu malam lalu ditujukan kepada Anas. Menurut dia, pernyataan itu untuk semua kader Partai Demokrat, di pusat dan daerah.

Terkait tidak diundangnya dalam pertemuan itu, Anas sebelumnya mengatakan, dalam berpolitik harus selalu mengutamakan prasangka baik. ”Sebaiknya jangan ditafsirkan yang aneh-aneh,” katanya.

Menurut Iding, Anas kemungkinan besar akan bertahan, meskipun legitimasinya semakin berkurang. ”Kemungkinan besar Anas juga punya kartu kunci untuk bertahan dan menyerang balik,” katanya.

Pengajar Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Faisal Andri Mahrawa, menilai, manajemen konflik internal Partai Demokrat buruk untuk penguatan demokrasi. Selain tidak konsisten dengan pencitraannya, konsolidasi hanya dilakukan pada tataran elite.

(NTA/IAM/INA/WHY/NWO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com