Jakarta, Kompas
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan, almarhum Oom Liem merupakan wirausaha yang berhasil dan selalu mendorong orang muda untuk maju dan berkembang.
Almarhum tidak sungkan-sungkan memperkenalkan profesional-profesional muda kepada tokoh-tokoh berpengaruh kenalannya di zaman Orde Baru. Tokoh pengusaha sukses ini juga berhasil membangun bisnis yang tepat memanfaatkan peluang pembangunan nasional, seperti industri terigu, semen, dan perbankan.
Sementara itu, usahawan Ciputra menyatakan, dunia usaha Indonesia kehilangan seorang usahawan besar, seorang dengan jiwa wirausaha luar biasa. Liem berangkat dari bawah, bermodal kerja keras, disiplin, dan jaringan bisnis luar biasa. Ia juga seorang usahawan yang sangat suka menolong.
Di tempat terpisah, usahawan Indonesia yang berdomisili di Singapura, Tong Djoe, mengatakan, Oom Liem adalah pebisnis ulung dengan pribadi yang sangat menyenangkan. ”Ia juga cepat turun tangan kalau mendengar ada yang kesulitan ekonomi,” ujar Tong Djoe dengan suara bergetar.
Liem lahir di Hok Chia, Hokkian, China, 16 Juli 1916. Pada tahun 1935, Liem menjual makanan dan minuman untuk membantu ibunya di tanah kelahirannya. Kemudian ia ikut pamannya bermigrasi ke Indonesia dan menetap di Kudus, Jawa Tengah. Ia magang di toko pamannya yang mengelola toko minyak kacang dan hasil bumi lainnya (1938).
Saat ia menjadi penyuplai cengkeh untuk pabrik rokok keretek, ia berkenalan dengan Kolonel Soeharto (kemudian menjadi presiden kedua RI) di Semarang (1950-an). Ia mendirikan industri tekstil di Kudus dan di Bandung (1960-an) serta PT Waringin Kencana yang bergerak di bidang ekspor-impor (1968) bersama Djuhar Sutanto, Ibrahim Risjad, dan Sudwikatmono. Ia mendirikan sejumlah perusahaan bersama koleganya, seperti BCA, Bogasari Flour Mills, Indocement, dan Indofood Sukses Makmur.