Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Primordialisme dalam Kelas

Kompas.com - 08/06/2012, 12:42 WIB

KOMPAS.com- Pandangan konservatif dan ketergantungan yang tinggi kepada peran negara dalam mengatur kehidupan masyarakat menjadi ciri yang melekat pada masyarakat sekarang ini. Meskipun demikian, dalam tiap kelas sosial ada dinamika untuk merebut wacana dengan politik berbeda.

Terhadap sejumlah pandangan kontroversial yang mempertentangkan nilai-nilai konservatisme dan kebebasan, kelas menengah lebih memilih bersandar kepada ideologi konservatif. Mereka cenderung berpandangan bahwa pemerintah seharusnya berperan lebih banyak dalam menjaga moral masyarakat, dan masalah pornografi harus diatur dalam undang-undang.

Mereka juga setuju jika agama seharusnya menjadi prinsip yang melandasi negara Indonesia, tetapi tidak semua agama boleh turut campur dalam menata negara. Hal ini dikuatkan oleh pendapat mereka bahwa pelarangan Ahmadiyah di Indonesia adalah tindakan yang tepat.

Selain itu, kelas menengah juga lebih condong untuk menganut paham patriarkat yang memandang laki-laki lebih mampu memimpin negara daripada perempuan.

Pendapat dari mayoritas masyarakat kelas menengah ini seolah menjadi kabut yang menutupi dinamika yang terjadi pada kelompok yang cenderung berpandangan bebas, mandiri, dan toleran. Siapakah kelompok demokratis, yang jumlahnya berada di kisaran 25-30 persen ini?

Kelompok demokratis

Berbeda dengan dengan sifat-sifat hedonis, yang di satu sisi ditularkan oleh kelas atas dan di sisi lain menjadi perjuangan kelas di bawahnya untuk meraih kemewahan kelas atas tersebut, survei Litbang Kompas menunjukkan, pandangan politik adalah persoalan aliran. Ia tidak semata ditentukan kelas sosial, tetapi bergantung pada bagaimana kultur etnis dan agama membentuk pandangan mereka.

Menyingkap pandangan politik kelas ibarat membuka lembar demi lembar labirin yang menutupi entitas terdalam dari jati diri. Di balik sifat konservatif yang muncul menyelimuti permukaan wajah masyarakat Indonesia ada dinamika yang membuat politik harus dipandang sebagai perjuangan primordialisme yang bermain di kelas sosial.

Melihat gambaran mereka tidak lain dari menyingkap lapisan-lapisan primordial. Persoalan demokrasi tidak langsung berhubungan dengan kelas, tetapi harus dikaitkan dengan kontestasi antarkelompok antar-aspek-aspek religi, etnis, dan gender dalam wacana persaingan ideologis.

Pandangan bahwa moralitas menjadi tanggung jawab individu atau anggota masyarakat daripada persoalan negara, misalnya, lebih banyak disuarakan oleh kelas atas yang berusia di bawah 30 tahun dan 46-55 tahun, juga menjadi tuntutan yang disuarakan oleh kelas menengah atas di bawah 22 tahun dan di atas 55 tahun.

Meski terjadi dinamika dalam merebut wacana, gambaran itu tidak cukup mengangkat citra keseluruhan kelas, terutama kelas menengah, menjadi strata sosial yang mencerminkan pandangan demokratis. Ini terjadi karena Indonesia adalah negara majemuk hegemonik, terbentuk dari berbagai komposisi etnik dan agama.(Bambang Setiawan/Litbang Kompas)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Nasional
CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

Nasional
PPATK Koordinasi ke Kejagung Terkait Aliran Dana Harvey Moeis di Kasus Korupsi Timah

PPATK Koordinasi ke Kejagung Terkait Aliran Dana Harvey Moeis di Kasus Korupsi Timah

Nasional
Prabowo-Titiek Soeharto Hadiri Acara Ulang Tahun Istri Wismoyo Arismunandar, Ada Wiranto-Hendropriyono

Prabowo-Titiek Soeharto Hadiri Acara Ulang Tahun Istri Wismoyo Arismunandar, Ada Wiranto-Hendropriyono

Nasional
Banyak Catatan, DPR Dorong Revisi UU Pemilu Awal Periode 2024-2029

Banyak Catatan, DPR Dorong Revisi UU Pemilu Awal Periode 2024-2029

Nasional
Pakar Ragu UU Lembaga Kepresidenan Terwujud jika Tak Ada Oposisi

Pakar Ragu UU Lembaga Kepresidenan Terwujud jika Tak Ada Oposisi

Nasional
Istana Sebut Pertemuan Jokowi dan Prabowo-Gibran Semalam Atas Inisiatif Prabowo

Istana Sebut Pertemuan Jokowi dan Prabowo-Gibran Semalam Atas Inisiatif Prabowo

Nasional
Presiden Jokowi Ucapkan Selamat Saat Bertemu Prabowo Semalam

Presiden Jokowi Ucapkan Selamat Saat Bertemu Prabowo Semalam

Nasional
Jokowi Siapkan Program Unggulan Prabowo-Gibran Masuk RAPBN 2025

Jokowi Siapkan Program Unggulan Prabowo-Gibran Masuk RAPBN 2025

Nasional
CSIS: Mayoritas Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik

CSIS: Mayoritas Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik

Nasional
Korlantas Kaji Pengamanan Lalu Lintas Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali

Korlantas Kaji Pengamanan Lalu Lintas Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Jokowi Dukung Prabowo-Gibran Rangkul Semua Pihak Pasca-Pilpres

Jokowi Dukung Prabowo-Gibran Rangkul Semua Pihak Pasca-Pilpres

Nasional
Pakar Sebut Semua Lembaga Tinggi Negara Sudah Punya Undang-Undang, Hanya Presiden yang Belum

Pakar Sebut Semua Lembaga Tinggi Negara Sudah Punya Undang-Undang, Hanya Presiden yang Belum

Nasional
Saksi Ungkap SYL Minta Kementan Bayarkan Kartu Kreditnya Rp 215 Juta

Saksi Ungkap SYL Minta Kementan Bayarkan Kartu Kreditnya Rp 215 Juta

Nasional
Saksi Sebut Bulanan untuk Istri SYL dari Kementan Rp 25 Juta-Rp 30 Juta

Saksi Sebut Bulanan untuk Istri SYL dari Kementan Rp 25 Juta-Rp 30 Juta

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com