”Sebanyak 25,8 persen responden memilih Prabowo karena dianggap tegas dan berani mengambil keputusan. Megawati ada di tempat kedua dengan 22,4 persen, Jusuf Kalla ketiga dengan 14,9 persen. Adapun Aburizal Bakrie didukung 10,6 persen responden,” ujar Koordinator Survei Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) Muhammad Dahlan dalam diskusi ”The Pair Who Will Shape Indonesia 2014 and Beyond” di Jakarta, Rabu (6/6).
Yenny Wahid yang menjadi panelis mengungkapkan, antitesis terhadap pemimpin lama selalu muncul dalam pergantian presiden Indonesia. ”Tahun 2014 tampaknya rakyat akan memilih pemimpin yang dinilai tegas setelah sebelumnya ada pemimpin yang lembut,” kata Yenny.
Dijelaskannya, Soekarno dinilai revolusioner-karismatik dan pemerintahannya penuh keriuhan politik. Lalu rakyat mendukung Soeharto yang dianggap tenang tetapi diktator.
Pemimpin berikutnya Abdurrahman Wahid dipandang sangat demokratis tetapi banyak bicara. Setelah itu, rakyat memilih Megawati Soekarnoputri yang pendiam. Akhirnya muncul Yudhoyono yang cerdas tetapi sulit membuat keputusan.
Yenny mengingatkan besarnya peran media dalam memunculkan tokoh nasional. Menurut dia, Mahfud MD dan Dahlan Iskan menonjol di pentas nasional karena dekat dan terbuka dengan media. Mereka juga berani mengambil tindakan melawan arus.
Nasdem akan menyodok
Pengamat politik J Kristiadi mengingatkan, selain Partai Demokrat, Partai Golkar, dan PDI-P, Partai Nasdem akan menyodok dalam Pemilu 2014.
Sementara itu, akademisi Marwah Daud Ibrahim berharap masyarakat berani bermimpi dan menetapkan target jadi apa kelak Indonesia di tahun 2045. ”Kita harus menumbuhkan harapan masyarakat dan bekerja bersama. Indonesia bisa tumbuh sebagai negara adidaya,” ujar Marwah.
Survei SSS mendapati tiga besar pasangan capres dan cawa-