Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Surga Tiga Jam dari Jakarta

Kompas.com - 26/05/2012, 13:22 WIB

Oleh Andy Riza Hidayat & Antony Lee

Sejauh mata memandang tampak pohon tinggi nan rimbun. Kemudian di antaranya terhampar rumput hijau dengan latar Gunung Gede Pangrango. Di bagian lain, air terjun kecil mengalirkan air yang jernih, berkelok-kelok membelah deretan pohon Sakura yang masih malu untuk mekar. 

Kebun Raya Cibodas, Selasa (22/5), menyajikan pemandangan yang sungguh indah. Cuaca cerah dengan sinar mentari terik bertemu kesejukan hawa gunung. Seorang laki-laki dan perempuan menghamparkan terpal di atas rumput lalu merebahkan badan. Mereka bercengkerama, menikmati keteduhan naungan pohon besar yang menghalangi sinar matahari.

Buat mereka yang bersantai di kebun raya yang secara administrasi berada di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, itu waktu terasa berlalu dengan perlahan. Cibodas memikat hati orang-orang dari banyak daerah, bahkan dari luar Indonesia.

If paradise still exist on earth, Cibodas must have been part of it” (seandainya masih ada surga di bumi ini, maka Cibodas pastilah bagian daripadanya). Begitu komentar Dr FW Went 1903, ahli fisiologi tumbuhan kelahiran Belanda tahun 1903 yang pernah bermukim di Indonesia, seperti kerap dikutip dalam aneka situs perjalanan.

Penilaian Went tidak berlebihan. Hal itu bisa dirasakan ketika mengunjungi Kebun Raya Cibodas. Kawasan ini menyajikan keindahan alam dan kesejukan udara yang melenakan. Cocok untuk liburan bersama keluarga sambil mengenal kekayaan alam Sang Pencipta.

Lelah dan penat berkendara karena kepadatan arus lalu lintas sepanjang jalur Puncak terbayarkan. Perhatian akan beralih pada hamparan perdu, rerimbunan pohon, sungai, air terjun, jalan berbatu, taman lumut, dan danau-danau bersih.

Membasuh muka dengan aliran air Curug Cibogo yang dingin dan jernih, yang mengalir di antara taman sakura, sungguh menyegarkan. Berikutnya pengunjung bisa menikmati pemandangan akar-akar pohon yang mencakar bumi, berdiri kokoh memanjang mulai dari Wisma Tamu.

”Pohon ini sudah ada sejak tahun 1800-an,” kata Tatang dari humas Kebun Raya Cibodas seraya menunjuk jajaran pohon Araucaria.

Dibuka 1852

Kebun Raya Cibodas, yang berada di area seluas 84,99 hektar, dibuka pada 11 April 1852 oleh Johannes Ellias Teijsmann, warga negara Belanda. Lokasi kebun raya, sekitar 100 kilometer dari Jakarta, bisa ditempuh dengan waktu sekitar 3 jam jika arus lalu lintas tidak padat. Namun, di akhir pekan, waktu tempuh bisa jauh lebih lama karena antrean kendaraan di jalur Puncak.

Kebun Raya Cibodas berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango pada ketinggian 1.300 meter sampai 1.425 meter dari permukaan laut. Kebun raya ini memiliki koleksi 1.293 jenis tanaman, 144 jenis lumut, 734 jenis biji-bijian, dan 1.826 herbarium. Selain untuk tujuan wisata, kebun ini juga berfungsi sebagai tempat konservasi, penelitian, dan pendidikan lingkungan.

Tidak hanya keindahan lanskap, kebun raya ini menyajikan keindahan lengkap. Pengunjung dapat menikmati Taman Rhododendron yang berisi koleksi dari Indonesia, Jepang, dan China. Di dekat Curug Cibogo, terdapat taman sakura yang dilengkapi koleksi dari Himalaya. Jika Anda ingin melihat bunga ini mekar, datanglah pada bulan Januari sampai Februari atau bulan Agustus sampai September. Ketika mengunjunginya, Selasa lalu, beberapa kuntum bunga mekar terlihat.

Sentuhan tangan kreatif melengkapi keindahan alami berupa jalan air, taman lumut, dan jalan berbatu. Di samping taman lumut, ada koleksi bunga bangkai hasil eksplorasi di Jambi tahun 2000.

”Tempatnya sejuk dan indah, kami senang di sini,” kata Nunung (18), siswi SMA PGRI Tangerang Selatan, setelah membasuh muka dari aliran air Curug Cibogo.

Selain indah, kawasan ini relatif bisa dijangkau semua kalangan karena tiket masuk yang murah. Bagi Anda yang tertarik bermalam di kawasan ini, pengelola menyediakan penginapan tidak jauh dari taman lumut dan pepohonan yang menjulang tinggi.

Ada dua wisma tamu dengan lima kamar tidur dan sembilan kamar tidur yang bisa disewa per kamar atau keseluruhan dengan biaya Rp 250.000-Rp 2.250.000. Wisma tamu itu merupakan renovasi dari bangunan kuno peninggalan masa kolonial Belanda.

Anda tertarik?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com