Promotor Punya Alasan Pertahankan Lady Gaga

JAKARTA, KOMPAS.com -- Meski menuai protes keras dari berbagai kalangan yang tidak setuju akan kedatangan Lady Gaga di Indonesia, Big Daddy Entertainment selaku promotor tak goyah untuk mendatangkan artis musik dunia bersebutan Mother Monster itu. Selain karena tak kurang dari 50.000 tiketnya sudah sudah laku, ada alasan lain yang menyebabkan pihak promotor itu bertahan.

Pertama, pihak promotor menilai Lady Gaga merupakan salah satu artis musik yang paling berpengaruh saat ini. Hal itu bisa dilihat dari banyak penghargaan yang telah diraihnya.

Pihak promotor juga berpendapat bahwa album terbaru Gaga, Born This Way, menyampaikan banyak pesan positif ke penggemarnya. "Album Born This Way lebih menggambarkan bagaimana kekuatan doa dari seorang hamba kepada Tuhannya. Kalau ditelaah lebih jauh, lirik yang disampaikan adalah harus bisa menerima anugerah dari Tuhan dan jadi apa adanya tanpa jadi orang lain," ujar Arif Ramadhoni, yang mewakili pihak promotor, dalam jumpa pers di kawasan Cilandak, Jakarta, Jumat (25/5/2012).

Selain itu ia juga mengulas lagu "Judas", yang menimbulkan banyak pendapat negatif bahwa lirik lagu dan klip videonya melecehkan agama tertentu. Liriknya ia anggap sebagai metafora atau penggambaran hubungan Gaga dengan mantan kekasihnya. "Pemaparan seorang profesor ahli filsafat di luar negeri memandang lirik itu menggambarkan dia tetap memaafkan dan menyayangi mantan pacar meski berulang kali dikhianati," terang Arif.

Pihak promotor juga mengungkapkan segala kebaikan Gaga. Contohnya, ia menyumbangkan hasil penjualan tiket konser Monster Ball-nya pada 2011 untuk perbaikan kawasan yang terkena gempa di Tahiti. "Lady Gaga juga menggalang dana untuk tsunami di Jepang, concern kepada penderita HIV, dan membuka yayasan bagi anak-anak yang menjadi korban kekerasan," terangnya lagi.

Lantas dengan berbagai alasan tersebut, berhasilkah promotor mengubah pandangan beberapa pihak yang menentang Gaga menghibur puluhan ribu penggemarnya di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, 3 Juni 2012?