BOGOR, KOMPAS.com — Dua ekonom yang hadir sebagai pembicara dalam Doa Akbar Sedunia atau World Prayer Assembly 2012 di Sentul International Convention Center (SICC), Ed Silverso dan Jerry Tuma, dalam jumpa pers pada Selasa (15/5/2012) petang, mendorong dunia, terutama umat Kristen, agar mengakhiri akar imoralitas dalam kapitalisme, yakni keserakahan (greediness).
Pakar ekonomi, Ed Silverso, yang juga President International Transformation Network Inc, mengatakan, kapitalisme yang dikembangkan oleh negara-negara Barat memang dirancang untuk menciptakan keuntungan bagi para pemilik modal, jadi memang tidak untuk orang miskin.
Namun, pada waktu itu masih ada landasan moralnya, yakni untuk menolong orang-orang miskin. Dalam perkembangannya hari ini, keserakahan telah membuat kapitalisme kehilangan landasan moralnya karena banyak orang sudah meninggalkan Allah. "Sehingga tugas kita sekarang adalah mengembalikan kapitalisme itu ke akar moralitasnya agar dunia menjadi lebih baik," katanya.
Dia sendiri di Amerika mengembangkan gerakan untuk menguasai 51 persen saham-saham berbagai perusahaan di Amerika melalui International Transformation Network Inc dalam upaya mengembalikan kapitalisme ke akarnya yang benar, yaitu untuk menolong orang-orang miskin dan mengakhiri keserakahan.
Sedangkan dalam pandangan Jerry Tuma, President Cornerstone Financial Services Inc, kegagalan yang dialami oleh kapitalisme hari ini karena banyak orang berutang sangat besar jauh melebihi kemampuannya. Persoalan itu dicoba diatasi dengan sosialisme, dan itulah yang kini terjadi di Perancis sebagai hasil pemilihan umum pekan lalu.
Padahal, lanjutnya, Eropa dan banyak negara maju menghadapi persoalan yang jauh lebih besar dan tidak bisa diatasi oleh sosialisme, yakni masalah kritis penurunan jumlah penduduk yang sangat signifikan.
"Padahal, jumlah penduduk yang besar juga memberi kemakmuran, bila jumlah penduduk berkurang akan menghasilkan depresi di bumi," katanya.
Dia sudah melihat hal itu terjadi di Amerika, di mana kaum lanjut usia, terutama generasi baby boomer yang lahir pasca-Perang Dunia II, kini sudah menjadi beban karena tergantung pada tunjangan sosial dan tunjangan kesehatan, yang jumlahnya bertambah 10.000 setiap hari.
Di Jepang, jumlah angkatan kerja semakin merosot, yang pada suatu saat nanti jumlah penduduk Jepang akan merosot drastis, dan akan menjadi persoalan besar. Dengan demikian, memperbaiki profil demografi merupakan hal kritikal.
Ed Silverso dan Jerry Tuma sepakat bahwa Indonesia dalam waktu singkat akan menjadi raksasa ekonomi yang berpeluang memimpin ekonomi dunia asalkan pelaku ekonomi Indonesia tidak serakah, takut akan Allah, dan berpihak kepada orang-orang miskin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.