Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Istana Jiwa", Menguak Pergulatan Perempuan Eks Tapol

Kompas.com - 24/04/2012, 21:23 WIB
Lusiana Indriasari

Penulis

 

JAKARTA, KOMPAS.com — Perjuangan kaum perempuan eks tahanan politik  ataupun istri dari orang yang dituduh sebagai anggota Partai Komunis Indonesia tidaklah mudah. Hidup mereka hancur akibat stigma sosial yang mengimpit sejak gejolak politik pada tahun 1965.

Pergulatan kaum perempuan untuk membebaskan diri dari segala bentuk diskriminasi dan stigmatisasi masyarakat ini diangkat sastrawan Putu Oka Sukanta ke dalam buku berjudul Istana Jiwa. Buku tersebut diluncurkan di Goethe Haus, Selasa (24/4/2012) sore.

Pada acara peluncuran itu digelar diskusi tentang "Perempuan, Politik, dan Sastra". Beberapa perempuan aktivis dan aktivis hak asasi manusia ikut membedah buku karya Putu Oka.

Oka mengatakan, peristiwa tahun 1965 banyak menginspirasi karya-karyanya. Sebelumnya, ia juga menulis novel berjudul Merajut Harkat yang berkisah tentang kehidupan tahanan politik (tapol) di penjara.

Istana Jiwa lebih menyoroti kehidupan para perempuan mengarungi kehidupannya di tengah stigmatisasi yang menekan setiap harkat martabat mereka sebagai manusia. Segala bentuk diskriminasi dan stigmatisasi itu terjadi secara terstruktur oleh negara (pemerintahan Orde Baru) ditunjang media massa.

"Media saat itu menjadi ujung tombak penguasa untuk memprovokasi dan membentuk pola pikir yang menyudutkan perempuan yang tergabung dalam Gerakan Wanita Indonesia, simpatisan partai komunis dan Sukarnois," kata Putu Oka.

Oka bercerita tentang para perempuan eks tapol dan istri-istri tapol karena melihat hidup mereka tidak kalah menderita dibandingkan dengan mereka yang ada di dalam penjara.

Buku ini sebenarnya sudah mulai disiapkan Oka sejak tahun 2000 melalui berbagai riset dan wawancara dengan eks tapol. Namun, proses penulisannya terhenti karena Oka kemudian beralih menggarap film dokumenter dengan latar belakang kisah yang sama.

Ketua Komnas Perempuan Yuniyanti Chuzaifah mengungkapkan, novel sejarah yang ditulis Oka memperlihatkan kekejian politik yang menggunakan media sebagai alat untuk menebar fitnah.

Media dimanfaatkan sebagai senjata untuk menghancurkan gerakan perempuan dan juga kehidupan para perempuan secara personal. Akibat stigma itu, para perempuan sulit memenuhi hajat hidupnya, seperti sulit mendapat pekerjaan, sulit bekerja secara mandiri, dan anak-anak mereka juga ikut menanggung akibatnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com