Jakarta, Kompas
Kesan mendalam akan idealisme, komitmen, dan ketulusan Widjajono sebagai abdi negara itu disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat melayat ke rumah duka di Jalan Ciragil II, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (22/4) pagi.
”Saya kenal almarhum seorang yang memiliki pikiran strategis, menjangkau, dan memiliki idealisme yang tinggi, utamanya di bidang pembangunan energi dan pengembangan energi nasional,” kata Presiden yang didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono.
Semenjak menjabat, Presiden menilai, almarhum sangat aktif membantu menteri dan membantunya dalam menyusun kebijakan serta strategi di bidang energi. Ketika terjadi kontroversi tentang kenaikan harga bahan bakar minyak, almarhum berani dan penuh tanggung jawab menjelaskan dengan jernih alasan perlunya perubahan APBN dan efisiensi energi.
Dalam bekerja, menurut Presiden, almarhum tanpa pamrih tidak ada kepentingan pribadi
Wakil Presiden Boediono yang juga datang melayat ke rumah duka menyampaikan dukacita serta berdoa bagi almarhum dan keluarga yang ditinggalkan.
Widjajono meninggal dunia hari Sabtu (21/4) sekitar pukul 15.00 saat mendaki Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat. Ia diduga meninggal akibat kelelahan dan kekurangan oksigen saat berada di ketinggian sekitar 2.250 meter di atas permukaan laut (Kompas, 22/4).
Almarhum meninggalkan seorang istri, Ninasapti Triaswati, dan anaknya, Kristal Amalia (15). Jenazah Widjajono dimakamkan di Pemakaman San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat, Minggu (22/4). Upacara pemakaman dipimpin Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi Kementerian ESDM, Surono menilai, Widjajono adalah sosok yang konsisten dengan sikap bersahaja, seperti saat mendaki gunung dengan ”pengawalan” biasa.