Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kodam Jaya Luruskan Keterlibatan Petinggi TNI

Kompas.com - 21/04/2012, 00:10 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Penerangan Kodam Jaya Kolonel Infanteri TNI Adrian Ponto membantah dugaan adanya keterlibatan petinggi Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam aksi kekerasan geng motor yang terjadi di Jakarta beberapa waktu lalu.

Ia meluruskan pernyataan Panglima Daerah Militer Jayakarta Mayor Jenderal TNI Waris, kemarin, mengenai keterlibatan senior yang ekstrem. Menurut dia, informasi tersebut sama sekali tidak terkait dengan aksi geng motor, tetapi mengenai demonstrasi penolakan kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu.

"Jadi, kejadian geng motor dan senior ekstrem itu tidak ada hubungannya. Tidak ada petinggi TNI dalam kasus geng motor. Hanya ada empat anggota TNI yang kemarin sudah diproses," ungkap Adrian, Jumat (20/4/2012), saat dihubungi wartawan.

Ia menjelaskan, Pangdam Jaya saat itu sebenarnya menceritakan tentang aksi unjuk rasa buruh dan demonstrasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang dinilai sudah mengganggu ketertiban Ibu Kota ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Cikeas, Bogor.

"Saat itu beliau mengaku ke Presiden, mohon maaf kalau kami yang tugas di lapangan belum mampu mereduksi keinginan-keinginan senior kami yang ekstrem. Pangdam berkeluh kesah ke Presiden," kata Adrian.

Namun, konteks pertemuan antara Pangdam Jaya, Kapolda Metro Jaya, dan Presiden SBY tidak pernah disebutkan Waris dalam sambutannya di Hotel Sahid pada Kamis (19/4/2012) malam. Isi curhat Waris kepada Presiden SBY ini disebutkannya setelah menyinggung aksi geng motor.

"Tetapi, dua hal itu, antara geng motor dan pertemuan dengan Presiden, harusnya dipisahkan. Itu sebenarnya berbeda konteks," papar Adrian.

Adrian juga membantah bahwa ada petinggi TNI aktif berinisial A yang disebut Pangdam merupakan senior ekstrem. Menurutnya, A hanyalah sebagai contoh. "Itu hanya asal sebut. Contohnya, A. Bukan inisialnya A, itu tidak ada," imbuhnya.

Adrian tidak mengetahui identitas senior ekstrem sebenarnya yang disebut Pangdam Jaya. "Saya tidak tahu siapa yang dimaksud, pastinya lebih senior dari Pangdam," tandasnya.

Sebelumnya diberitakan Kompas.com, Pangdam Jaya Mayor Jenderal TNI Waris mengaku sempat melakukan curhat ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). "Saya dipanggil Presiden ke Cikeas bersama Kapolda. Di sana, saya bilang ke Presiden mohon maaf saya belum mampu memenuhi keinginan senior saya yang ekstrem," tutur Waris.

Ketika itu, Waris pun ditanya Presiden SBY, "Senior yang mana?" "Saya jawab lantang si A. Yang disebut Waris adalah atasan yang ketika memimpin mendukung peristiwa itu," ungkap Waris.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com