Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lawan Kanker Lewat Kekebalan Tubuh

Kompas.com - 27/03/2012, 07:08 WIB


Oleh :  Atika Walujani Moedjiono

Sakit terjadi saat tubuh kehilangan keseimbangan. Hal serupa berlaku pada penyakit kanker. Saat sistem kekebalan tubuh melemah, keganasan sel bisa terjadi. Karena itu, sebagian peneliti kanker mulai fokus pada upaya memperbaiki imunitas.

Sel kanker ada dalam tubuh setiap manusia. Saat sel abnormal mulai berkembang, sel kekebalan tubuh akan bergerak menghancurkannya. Pada orang berusia lanjut, orang yang mengalami stres ataupun keletihan kronis, serta yang kekebalan tubuhnya terganggu, keseimbangan antara sel kanker dan sel imun terganggu. Jika kekebalan tubuh melemah, sel kanker pun akan berkembang.

Hal ini sejalan dengan kenyataan yang ditemukan dalam penatalaksanaan kanker. Pengambilan tumor lewat pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi tidak menjamin kesembuhan pasien. Selalu ada risiko kambuh karena kekebalan tubuh penderita rendah.

Penemuan sejumlah obat dengan sasaran di tingkat molekuler (molecular targeted drugs), antara lain untuk kanker paru, payudara, kolorektal (usus dan anus), dan hati, memang menyusutkan jaringan tumor. Namun, terapi itu tidak memperpanjang hidup pasien secara signifikan. Obat-obat itu ada yang menimbulkan efek samping berat.

”Kita sudah mencoba semaksimal mungkin memanfaatkan kemoterapi. Imunoterapi bisa jadi merupakan jalan terakhir untuk memerangi kanker,” kata Herman Kattlove, Editor Kedokteran dari Perkumpulan Kanker Amerika (the American Cancer Society), seperti dikutip dalam buku Cancer Immunotherapy terbitan Fuda Cancer Hospital tahun 2008.

Strategi baru

Imunoterapi merupakan strategi baru melawan kanker. Dasar teorinya, kanker adalah penyakit sistemik. Tumor yang terdeteksi merupakan bagian dari penyakit sistemik. Karena itu, pengobatan tidak hanya ditujukan di tempat tumor ditemukan, tetapi lebih mendasar, yaitu memperkuat pertahanan tubuh. Tumor tidak akan berkembang dalam tubuh yang sehat dan memiliki pertahanan kuat. Dengan memperbaiki dan meningkatkan kekebalan tubuh, diharapkan pertumbuhan sel kanker terhenti. Dengan demikian, pasien bisa hidup lebih lama dan kualitas hidupnya meningkat karena bebas nyeri dan kekambuhan.

Tentu saja tumor perlu dimatikan. Karena itu, imunoterapi dikombinasikan dengan terapi lain, seperti operasi krio (operasi dengan pembekuan jaringan), kemoterapi lokal, serta terapi lain yang diperlukan.

RS Kanker Fuda di Guangzhou, China, merupakan salah satu RS yang menerapkan terapi ini. Menurut Prof Kecheng Xu, Presiden RS Kanker Fuda Guangzhou, sejak tahun 1991, tim rumah sakit itu mengobati lebih dari 10.000 pasien kanker stadium lanjut. Sebanyak 70 persen pasien itu tumornya tidak bisa dioperasi, mereka juga tidak mengalami kemajuan dengan kemoterapi ataupun radiasi. Setelah mendapat terapi kombinasi di RS Fuda, sekitar 70 persen pasien mengalami kemajuan signifikan. Waktu kesintasan (survival time) bisa diperpanjang. Sejumlah pasien kanker hati dan paru stadium lanjut hidup sampai 5-9 tahun kemudian. Bahkan, pasien stadium lanjut dengan kanker lain hidup sampai 10-15 tahun.

”Imunoterapi sangat baik untuk mencegah metastasis (penyebaran kanker) dan kekambuhan, memperlambat pertumbuhan kanker, memperbaiki kesehatan umum, dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh setelah terpuruk sebagai efek samping kemoterapi,” papar Xu, ahli gastroenterologi dan onkologi yang menjadi visiting professor sejumlah universitas di China, Jepang, dan Amerika Serikat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com