YOGYAKARTA, KOMPAS
Kemenangan itu menutup ketegangan yang sempat mewarnai proses pemilihan. Masalah terkait munculnya surat keputusan Majelis Wali Amanat (MWA) UGM, yang antara lain menyangkut persyaratan calon rektor.
Salah satu syarat yang dinilai menyimpang oleh beberapa dosen dan organisasi alumni adalah batas umur calon 60 tahun saat dilantik menjadi rektor. Mereka menggugat Ketua MWA Sofian Effendi ke Pengadilan Tata Usaha Negara dan Mahkamah Agung.
Namun, seperti diungkapkan Ketua Panitia Ad Hoc Pemilihan Rektor UGM Soepomo, meski ada gugatan terhadap proses pemilihan rektor, bukan berarti menggagalkan pemilihan rektor.
Setelah dinyatakan menang, puluhan mahasiswa memintanya berorasi di halaman Balairung. ”Terima kasih kepada rekan mahasiswa yang mendukung dan mengawal proses pilihan rektor ini dengan baik,” kata Dekan Fisipol UGM tersebut.
Ia berjanji menjadikan UGM sebagai rujukan kemajuan bangsa. ”Di sinilah tempat merujuk segala bidang ilmu,” katanya.
Pratikno juga berjanji akan menggandeng sivitas akademika menentukan kebijakan dan menyelesaikan masalah. ”Rektor tak ada artinya jika tak bersinergi,” kata moderator debat calon presiden tahun 2009 itu.
Dirjen Dikti Djoko Santoso, yang mewakili Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, pada proses pemilihan rektor berpesan khusus. ”Universitas Gadjah Mada ini sangat khusus untuk Indonesia. Mempunyai arti tersendiri dalam sejarah kepemimpinan dari dulu,” katanya.
Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X turut berharap Pratikno bisa melaksanakan dan menerima amanah menumbuhkan identitas UGM bagi masa depan.
Pratikno besar di kampung terpencil di Desa Donogede, Bojonegoro, Jawa Timur. Gelar sarjana ilmu pemerintahan diraih dari UGM (1985), master administrasi pembangunan dari Universitas of Birmingham, Inggris (1991), dan Ph.D dari Flinders University, Australia (1997).